Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) bersama organisasi-organisasi Islam, berencana menggelar Aksi Bela Islam IV pada 11 Februari 2017,
Hal ini disampaikan salah satu petinggi GNPF MUI, Ustadz Muhammad Al-Khattath, sesaat sebelum konferensi press GNPF MUI di gedung Majelis Ulama Indonesia, Jumat (3/2). Menurut Al-Kattah, ummat Islam akan melakukan Aksi Serentak Bela Ulama Bela NKRI. Pada tanggal 11 Februari 2017 (Gerakan 112). Rutenya dari Monas menuju Bunderan HI. Bentuknya jalan-jalan pagi. Dimulai sejak pukul 06.00 sampai selesai.
“Kita maksimalkan momentum ini dengan pelibatan sebanyak-banyaknya peserta. Untuk mempersiapkan hal itu, GNPF MUI Senin nanti (6/2) seluruh perwakian ormas Islam akan kita undang untuk melakukan rapat rapat persiapan. Gerakan 112 ini dengan mengajak seluruh ummat Islam, dimanapun berada. Agar ikut terlibat dalam agenda ini. Nanti poster akan dibuat dan disebar via media sosial,” kata Al-Khattah menegaskan.
Sedangkan, tema Besar aksi ummat Islam yang dikoordinasi oleh GNPF MUI pada 112 adalah “Berpegang Teguh Pada Fatwa MUI. Kita pilih Gubernur Muslim untuk DKI Jakarta”
Di kesempatan lain, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI KH Bachtiar Nasir dalam acara Subuh Berjamaah di Masjid Baitul Mughni Jakarta mengatakan, ada yang ingin membenturkan ummat, tapi Allah melindungi kita. Ummat Islam cinta damai, toleran, dan tidak ingin kerusuhan bagi bangsa ini. “Ummat Islam hingga saat ini masih berpegang pada Sumpah Pemuda. Kami bangsa Indonesia bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia,” ungkap Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Pusat ini.
Menurut dia, hari ini ummat Islam paling bertanggung jawab untuk melanjutkan cita-cita pendiri bangsa ini dengan mengisi kemerdekaan untuk kemajuan bangsa. Memang, kata dia, tidak sedikit di kalangan ummat yang menginginkan revolusi. Namun bagi GNPF, revolusi sebenarnya sedang berjalan. “Kapan revolusi? Ini sedang berjalan. Kok tidak ada bakar-bakaran? Itu bukan revolusi kita. Revolusi kita adalah menguatkan aqidah, akhlak, ibadah, ilmu, badan, ekonomi. Dengan begitu, kebangkitan Islam sudah di depan mata dengan cara-cara damai dan konstitusional,” katanya.
Kepada ratusan jamaah yang memadati shalat berjamaah subuh di Masjid Baitul Mughni, KH Bachtiar berpesan, “jadilah pelaku kebangkitan Islam. Jadilah seorang Islam pembawa kedamaian. Memang perlu pengorbanan, harta bahkan nyawa. Tapi toh kita akan mati semua. Tidak ada yang mulia dan nikmat kecuali kita persembahkan untuk Islam. Diri serta harta kita hanya untuk Islam dan mati dalam keadaan Islam.”
Dia melanjutkan, hidup ini akan indah kalau kita mendapat taufiq, yaitu apa yang kita inginkan itu yang diinginkan oleh Allah. Sederhana sekali. Yang diinginkan banyak orang, apakah sesuai dengan kehendak Allah? Seharusnya, bagaimana supaya selera kita sesuai dengan selera Allah.
[bctt tweet=”Bachtiar Nasir: Tidak ada yang mulia dan nikmat kecuali kita persembahkan untuk Islam!” username=”my_sharing”]
Inilah izzah Islam, ummat Islam Indonesia dipaksa bersaudara. Persatuan itu tidak akan datang kecuali karena Allah yang menyatukan hati kita. Setelah izzah itu datang, kita diberikan persaudaraan dan persatuan.
“Puncak penistaan Islam di dunia ini sudah mulai. Insya Allah Fajar Islam akan muncul di muka bumi. Kebangkitan Islam di depan mata. Izzah Islam akan muncul dari Asia Tenggara, dan titik kebangkitannya ada di Indonesia,” katanya.

