Alm, Karnaen Perwataatmadja

In Memoriam Karnaen Perwataatmadja, “Pejuang Tangguh” Perbankan Syariah Indonesia

[sc name="adsensepostbottom"]

Pada hari Senin, 10 Juli 2017 pukul 3.53 dini hari kemarin, Karnaen Anwar  Perwatatmadja, salah seorang tokoh perintis perbankan syariah di Indonesia telah berpulang ke Rahmatullah dalam usia 77 tahun di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang, Banten.

Bagi mereka yang paham dengan sejarah perbankan syariah di Indonesia, kepergian Karnaen ke haribaannya ini tentu adalah sebuah kehilangan yang besar. Karena sosok Karnaen punya jasa yang sangat besar terhadap berdirinya lembaga perbankan syariah di Indonesia.

Karnaen dalam rentang panjang perjalanan karirnya adalah seorang “pejuang” yang sangat tangguh didalam memperjuangankan, tak hanya sekedar berdirinya bank syariah di tanah air, namun juga eksistensi perkembangan dan kemajuan dari bank syariah di Indonesia.

Karnaen adalah salah satu tokoh yang menghadap Presiden RI – Soeharto pada 27 Agustus 1991 di Bina Graha, Jakarta untuk menggolkan pendirian bank Islam, atau waktu itu didengung-dengungkan sebagai bank tanpa bunga.

Karnaen bersama-sama Ketua MUI K. H. Hasan Basri, Dr. Moh. Quraisy Shihab (MUI), Prof. K.H.Ibrahim Hosen, LML (MUI), HS Prodjokusumo (MUI), dan Tim Perbankan MUI yang terdiri dari Dr. Ir. M. Amin Aziz, Rachmat Saleh, Zainulbahar Noor, Oemar Abdalla dan Amir Radjab Batubara langsung menghadap ke Pak Harto, yang saat itu sudah mulai dekat dengan kalangan cendekiwan Muslim dengan berdirinya ICMI yang dipelopori BJ Habibie. Saat itu, Karnaen sendiri adalah satu-satunya dari kalangan birokat, karena dia menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Moneter Departemen Keuangan.

Tak dinyana, berkat Rahmat Allah SWT, upaya Karnaen bersama para tokoh-tokoh Islam ternama di atas berbuah hasil sangat positif. Karena Presiden Soeharto bereaksi positif terhadap rencana berdirinya perbankan syariah tersebut. Selain memberi nama bank tanpa bunga dengan nama Bank Muamalat Indonesia, Presiden Soeharto juga bersedia memberikan modal awal dan fund raising untuk tambahan modal bank syariah yang baru berdiri itu.

Tak hanya turut serta dalam proses pendirian bank syariah pertama di Indonesia, Karnaen dalam perjalanan perkembangan bank syariah selanjutnya juga banyak berperan.

Menurut Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (Chairman Tazkia Group & Komite Ekonomi Nasional) dalam sambutannya di buku PEMIKIRAN DAN BIOGRAFI, KARNAEN ANWAR PERWATAATMADJA terbitan Duta Pustaka Indonesia, peran besar Karnaen dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 4 spektrum utama, yaitu: filosofis, akademis, teknis dan politis.

Menurut Syafii, secara filosofis, seorang Karnaen adalah penulis yag prolific dan produktif. Karnaen juga adalah seorang pemakalah yang luar biasa. Hampir sebagian besar undangan seminar dan diskusi ilmiah dipenuhinya dengan penuh ketulusan. Sebagai seorang praktisi pengalaman Karnaen sebagai Direktur Eksekutif IDB dari Indonesia belum ada yang menandinginya. Karena ialah yang pertama dan menjabat posisi itu saat dunia perbankan dan iklim birokrasi di Indonesia masih merasa asing dengan keuangan syariah.

Selaku pejabat tingkat tinggi di Departemen Keuangan, Karnaen telah memainkan peranan yang sangat besar untuk meyakinkan pemerintah dan birokrasi bahwa perbankan syariah berbeda dengan negara syariah atau negara Islam. Perbankan syariah adalah pranata ekonomi untuk mengakomodasi saudara-saudara kita yang karena keyakinan spiritualitasnya enggan berhubungan dengan perbankan konvensional.

Lalu sebagai akademisi Karnaen pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam As-syafi’iyah selama 5 tahun. Karnaen juga tercatat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Husnayain di bawah Yayasan Pesantren Ihdal Husnayain. Yayasan yang diasuh oleh KH Cholil Ridwan, Lc.

Di atas itu semua, lanjut Syafii Antonio, Karnaen juga dikenal istiqamah dalam memegang teguh keutuhan prinsip syariah. Salah satu yang paling menonjol adalah kritik beliau atas kepasrahan dan ketidakmampuan perbankan syariah untuk melepaskan diri dari benchmarking kapitalis seperti harga murabahah yang ditakar dengan LIBOR plus.

Sebagai alternatif Karnaen menawarkan satu perhitungan tersendiri yang mengacu kepada biaya operasional yang efisien dan tingkat keuntungan wajar yang diinginkan. Asumsinya semakin efisien satu bank syariah akan semakin competitive rate atau margin yang ditawarkannya. Persaingan antar bank syariah pada gilirannya akan ditentukan oleh seberapa efisien dan seberapa tinggi tingkat layanan yang diberikan. Semakin banyak jumlah perbankan syariah di suatu negara akan semakin mudah pula benchmark harga ditentukan.

Pakar ekonomi Prof. M. Dawam Rahardjo dalam kutipannya di buku PEMIKIRAN DAN BIOGRAFI, KARNAEN ANWAR PERWATAATMADJA menyebut Karnaen sebagai salah seorang fundamentalis dalam ekonomi syariah, selain Dr. M. Amin Azis, Dr. M. Syafii Antonio, Zainal Baharnoor, Riawan Amin dan lain-lain. “Penobatan” itu lantaran di setiap kesempatan dia selalu istiqomah menegakkan aturan-aturan perbankan syariah yang murni. Tidak hanya di dalam negeri, di forum internasional pun tak sungkan-sungkan Karnaen menjelaskan aturan yang benar.

Karnaen sendiri dalam buku biografinya tersebut di atas juga mengungkapkan tantangan, bagaimana mengembangkan perbankan syariah yang sebenar-benarnya. Bukan perbankan syariah hanya label atau tempelan yang dalam operasinya campur aduk dan hanya menguber keuntungan.

Jawaban Karnaen, dengan berbagai upaya dan perjuangan melalui masa perkenalan dan pengakuan, kini tiba masanya untuk mengadakan pemurnian perbankan syariah secara kaffah (kembali ke khittahnya) dalam upaya menuju Indonesia yang baldatun toyyibatun warrobbun ghofur. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi berkah bila semuanya dijalankan dengan prinsip yang telah digariskan tersebut. Itulah masa depan perbankan syariah di Indonesia. Begitulah obsesi Karnaen Perwataatmadja.

Selamat jalan, pejuang tangguh perbankan syariah Indonesia……