Sebenarnya sampah itu bisa bernilai ekonomi, uang hasil pemilahan sampah bisa ditabung.
Rumah Zakat mendukung warga RW 07,Kelurahan Pajaten Timur, Jakarta Selatan, yang telah menggerakkan Bank Sampah Delima.
Branch Manager Rumah Zakat, Jaelani mengatakan, Rumah Zakat membina bank sampah tersebut agar warga bisa menjaga lingkungan sekaligus bisa membantu perekonomian warga.
Rumah Zakat mendukung setiap program yang berkaitan dengan lingkungan dan ekonomi. Adapun dalam pendampingan bank sampah ini, kata Jaelani, Rumah Zakat memberikan pelatihan dan bantuan dana untuk pengembangan.
”Kami punya program lingkungan di wilayah Pasar Minggu. Kita men-support terkait bank sampah ini, bisa jadi bentuknya pelatihan, pendampingan, dan memberikan bantuan dana untuk mengembangan,” ungkap Jaelani, saat kunjungan ke lokasi Bank Sampah Delima, di Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Kamis (3/8).
Jaelani menjelaskan, Rumah Zakat mempunya sumber daya manusia (SDM) yang memang ditugaskan untuk mendampingi bank sampah. Yaitu, pendampingan fasilitator dan relawan inspiratif. Tim Rumah Zakat telah mendampingi warga setidaknya satu sampai dua kali dalam sebulan dan sudah berlangsung sejak tahun 2013.
Selain membina bank sampah, Rumah Zakat juga melakukan pembinaan terhadap program lainnya. ”Kelurahan Pejaten Timur sendiri merupakan desa binaan Rumah Zakat. Kami juga ada beberapa bantuan terutama bantuan modal usaha, hidroponik, dan senam kesegaran jasmani oleh Rumah Zakat dengan warga Pejaten Timur,” jelas Jaelani.
Setidaknya, lanjut dia, ada 10 bank sampah yang dibina Rumah Zakat untuk se- Jabodetabek. Pendampingan terhadap bank sampah tersebut dikarenakan banyak warga yang masih membuang sampah sembarangan. Rumah Zakat melihat selain membersihkan lingkungan, ada nilai ekonominya bagi warga.
”Nah, ketika mereka memilah sampah itu, yang bisa dijual akhirnya mereka dapat income juga untuk mencukupi kebutuhan hidup,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Ketua Bank Sampah Delima, Tugi Rahayu Ningsih mengatakan, bank sampah tersebut dirikan untuk mengurangi sampah di lingkungannya dan telah memberikan manfaat sangat besar bagi warga Pejaten Timur, khususnya warga RW 07.
””Saya ingin semua warga sadar lingkungan bersih. Sebenarnya sampah itu bermanfaat kalau ditabung. Jadi kapan pun mereka ambil kita siap.Uang yang diperoleh dapat digunakan untuk membayar uang sekolah, listrik, bahkan keperluan Lebaran,” ujarnya. .
Tugi menyampaikan, bahwa penimbangan sampah dilakukan setiap Sabtu pagi mulai pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Sampah yang disetor warga dijual ke pengepul. Hasilnya bisa mencapai 100 kilogram. Dengan sampah sebanyak itu, uang yang didapatkan mencapai Rp 350 ribu. “Nasabah kita sekarang ada 80 warga, tapi yang aktif sekitar 50-an,” katanya.
Adapun penasihat sekaligus penggagas Bank Sampah Delima, Rusmiyati, mengkisahkan bahwa awal berdirinya Bank Sampah Delima pada 2011 setelah sebelumnya mendapat binaan dari sebuah yayasan dari bogor.
Dirinya mengaku, awalnya tertarik karena sampah yang terbuang itu ternyata ada nilai ekonomi. Sebagai pengggerak sosial, Rusmiyati merasa kenapa tidak bisa dimanfaatkan. Akhirnya dia mengajak teman-teman atau warga RW 07 dan semua pihak mendukung.”Alhamdulilah berjalan sukses,” ujarnya.
Setelah berjalan, lanjut dia, Bank Sampah Delima mendapat penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta saat itu, Fauzi Bowo. Akhirnya banyak mitra yang mempercayai pekerjaan sosial dari warga, salah satunya Rumah Zakat. Hingga kini sudah banyak prestasi yang diraih Bank Sampah Delima. Di antaranya menjadi juara I tingkat DKI untuk bidang pekerja sosial lingkungan, juara III tingkat nasional bidang pekerja lingkungan sosial, dan menjadi kader bank sampah terbaik tingkat DKI Jakarta.

