Agar tidak ikut menutup atau mengurangi layanan pembiayaan mikro seperti yang lain.
Semenjak krisis keuangan global turut berimbas pada makro ekonomi Indonesia beberapa tahun lalu, banyak lembaga perbankan syariah yang mengurangi porsi pembiayaan mikronya. Bahkan ada lembaga perbankan syariah yang sampai drastis menutup rapat keran pembiayaan mikronya.
Hal tersebut antara lain karena pembiayaan segmen mikro dianggap mahal, karena dituding memiliki beberapa karakteristik yang tidak kondusif, misalnya; profil risiko tidak diketahui, risk premium for unkown risk profile, serta rating jelek.
Namun demikian, pakar ekonomi syariah – Adiwarman A. Karim mengungkapkan, bahwa segmen mikro ini sebenarnya juga berpotensi untuk menjadi profit bagi pihak bank, apabila bank bisa mengetahui dengan baik segmen mikro tersebut.
“Mitos mengatakan pembiayaan mikro memiliki tingkat risiko yang tinggi. Hal ini ternyata bisa dipatahkan oleh BTPN Syariah dan BRI Mikro,” kata Adiwarman saat paparan Outlook Perbankan Syariah 2018 di Studio XXI, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (8/11/2017).
Dijelaskan Adiwarman, Bank BTPN Syariah dan Bank BRI Mikro bisa membuktikan hal tersebut melalui data-data kinerjanya masing-masing.
Menurut Karim Consulting Indonesia analysis data per Desember 2016, pembiayaan mikro BTPN Syariah memiliki ROA as % Average OPB: 7,3% serta NPF Gross: 1,5%. Sementara itu pembiayaan mikro Bank BRI Mikro memiliki ROA Average as % OPB: 7,6% serta NPL Gross: 0,99%.
Karena itu, tandas Adiwarman, jika bank dapat memahami nasabah mikronya dengan baik, maka risiko yang besar karena ketidaktahuan pihak bank terhadap nasabah akan hilang.
“Sehingga nasabah mikro pun menjadi memiliki risiko yang setara dengan nasabah korporasi,” lanjut Adiwarman.
Karena itu, lanjut Adiwarman, kunci sukses bank syariah didalam pembiayaan mikro, adalah bank tersebut harus betul-betul mengerti dengan baik berbagai hal penting dari nasabah pembiayaan mikronya.
[bctt tweet=”Pembiayaan mikro BTPN Syariah OPB: 7,3% NPF Gross: 1,5%” username=”my_sharing”]
“Apalagi segmen mikro juga memiliki sub segmen dengan rating yang berbeda-beda,” demikian tandas Adiwarman.

