Dengan program Santripreneur, para santri diharapkan terampil berwirausaha, sehingga mampu memenuhi kebutuhan internal dan eksternal pondok pesantren.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, pondok pesantren berpotensi besar menciptakan wirausaha industri baru, khususnya yang bergelut di sektor IKM.
Untuk itu, Kemenperin gencar melaksanakan program Santripreneur sebagai salah satu upaya pengoptimalan dalam penyediaan lapangan kerja di daerah atau desa sekaligus mengurangi tingkat pengangguran dan mendorong pemerataan kesejahteraan masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan Menperin Airlangga dalam siaran pers Kemenperin baru-baru ini di Jakarta.
“Program (Santripreneur) ini bertujuan menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan santri pondok pesantren. Oleh karenanya, kami terus memfasilitasi melalui pemberian alat dan mesin sebagai sarana para santi belajar kemandirian sebelum terjun ke masyarakat,” ungkap Airlangga.
Menurut Airlangga, Kemenperin telah memiliki dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di pondok pesantren, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.
“Dua model ini diharapkan memberikan manfaat santri agar terus terampil berwirausaha dan mampu meningkatkan kapasitas produksi di unit industry, sehingga bisa memenuhi kebutuhan internal dan eksternal pondok pesantren,” terang Airlangga.
Sebagai proyek percontohan di tahun 2017, Santripreneur telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Kabupaten Lamongan dan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.
Program yang dijalankan, misalnya dalam pelaksanaan bimbingan teknis pengolahan ikan dan pembuatan alas kakisertapembuatan lampu LED dan revitalisasi industri garam.

