Tantangan FIntech untuk Menumbuhkan UMKM Tangguh

[sc name="adsensepostbottom"]

Kemampuan mengadaptasi fintech menjadi bagian penting yang tidak bisa ditolak dalam memajukan usaha.

Menurut Iwan Ridwan Direktur Dompet Dhuafa Social Enterprise, Iwan Ridwan mengatakan, dalam  menumbuhkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tangguh, peranan fintech menjadi suatu hal yang sangat penting dan strategis. Untuk itu perlu kolaborasi yang baik antara lembaga fintech, pelaku UMKM , lembaga keuangan, dan dukungan regulasi.

“Ini tentunya sangat relevan dan dapat diaplikasikan dalam mengembakan unit-unit usaha yang dikelola oleh Dompet Dhuafa Social Enterprise dan hal ini ke depan  bisa dikembangkan ke arah social fintech baik dalam bentuk crowdfunding wakaf maupun proyek-proyek usaha yang bisa dikembangkan dengan wakaf produktif,” kata Iwan dalam rilisnya yang diterima MySharing, Kamis (8/2).

Fintech, sebut dia, juga bermakna sebagai ‘lonceng kematian’ bagi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang tidak mampu beroperasi secara efisien. Bukan rahasia lagi, jika saat ini LKM belum cukup mampu bersaing dalam efisiensi pengelolaan manajemennya yang ditunjukkan dengan tingginya cost of fund yang dikenakan kepada nasabah. Ini berlaku baik bagi LKM konvensional maupuk syariah.

Meski demikian, lanjut dia, LKM yang nature of business sehari-hari menggeluti pasar keuangan mikro, diharapkan memiliki penguasaan pasar yang lebih baik dibanding institusi pendatang.

Menurutnya, kemampuan mengadaptasi fintech dan menjadi bagian penting yang tidak bisa ditolak dalam memajukan usahanya, LKM tetap memiliki peluang untuk survive. Tanpa kemampuan untuk bermetamorfosis menjadi LKM yang ramah fintech, kekhawatiran akan tumbangnya bisnis LKM bukan sebuah kemustahilan.

Melalui forum, CariCara ingin menyerap dan membagi informasi kepada public sebagai bagian dari memperkaya pengetahuan dengan segala aspek yang menjadi konsekuensi berkembangnya fintech yang begitu cepat, baik dari pelaku teknologi, penyedia platform, infrastruktur telekomunikasi, maupun pelaku UKM. Agar public policy yang dibuat oleh pemerintah mempertimbangkan berbagai faktor yang terdampak baik positif maupun negatif.

Policy research mengenai fintech saat ini sedang dikerjakan oleh CARICARA secara independen yang diharapkan menjadi sumbangan untuk penciptaan public policy yang baik bagi bangsa Indonesia. Kami meyakini, semakin banyak masukan dari pelaku dan stake holder, akan menghasilkan kebijakan public yang lebih bagus bagi bangsa ini.

“Kebijakan yang sifatnya antisiptif diperlukan karena Indonesia diperkirakan tahun 2018 ini sebagai pengguna internet terbesar ke 5 di dunia (mengalahkan Jepang), dan Indonesia menempati urutan ke 5 terbesar sebagai negara penyumbang pertumbuhan ekonomi dunia setelah China, Amerika, India, dan EU,” pungkasnya.