Kerajaan Arab Saudi dengan dukungan Umat Islam Indonesia menolak upaya yang dimotori Iran dan Qatar.
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Dr H Yunahar Ilyas menegaskan, upaya untuk menginternasionalisasi dua tanah haram (Haramain), yakni Makkah dan Madinah di Saudi Arabia dalah upaya politik yang dilakukan Iran. Isu ini, kata Buya Yunahar, sejatinya sudah dilakukan sejak Revolusi Iran 1979 silam.
“Tuntutan internasionalisasi dilatarbelakangi politik Iran, ini disuarakan sejak Revolusi Khomeini 1979,” kata Buya Yunahar dalam pertemuan tokoh dan ulama Indonesia dengan Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia di Rumah Dinas Dubes Saudi Arabia, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa malam, 27 Februari 2018.
Sebagaimana dalam rilisnya yang diterima MySharing, Rabu (28/2), selain Yunahar, hadir dalam pertemuan tersebut Ketua MUI Jawa Timur KH Abdusshomad Buchori, Wasekjen MUI yang sekaligus Ketua Ikatan Dai dan Ulama Asia Tenggara KH M. Zaitun Rasmin, Ketua Umum DDII Moh. Sidik, Ketua Umum Matlaul Anwar KH Sadeli Karim, mantan Ketua Umum KH Maman Abdurahman, Pengasuh Pesantren Daarut Tauhid KH Abdullah Gymnastiar, Ketua Umum Persatuan Umat Islam (PUI) Nazar Haris, Ketua MIUMI DKI Jakarta Fahmi Salim, dan sejumlah nama lainnya.
Yunahar menyebutkan, Iran berupaya menginternasionalisasi Haramain dengan berkedok pengelolaan haji dan umroh. Tetapi alasan itu dipandangnya sangat tidak berdasar.
Ketua PP Muhammadiyah itu menjelaskan, selama ini Saudi Arabia telah banyak melakukan pembangunan dan pengadaan fasilitas di Makkah dan Madinah bagi umat Islam yang menunaikan ibadah umroh dan haji.
“Ini nafsu politik Iran dengan perluasan pengaruh ke Suriah, Lebanon, Qatar, dan lainnya. Timur Tengah dan Islam ingin dikuasai,” tandasnya.
Terkait acara konferensi di sebuah kampus yang konon dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia yang mendukung internasionalisasi Haramain, Buya Yunahar menyebut bila acara tersebut hanya diikuti sekitar 20 orang saja. Usai seminar, lalu mereka melakukan demonstrasi. “Gara-gara peliputan di Al JAzeera jadi seolah kegiatan itu besar,” pungkasnya.
Sebelumnya, Dubes Arab Saudi mengapresiasi kehadiran para tokoh dan ulama dari berbagai ormas dan daerah di Indonesia dan dukungan mereka terhadap Saudi Arabia.
“Malam hari ini merupakan malam yang sangat bahagia, kami menerima lebih dari 30 lembaga ataupun tokoh Islam yang hadir pada malam ini,” ucap Osamah.
Osamah menuturkan, internasionalisasi Haramain coba dilakukan melalui sebuah klaim dalam konferensi yang dihadiri lembaga dari Malaysia maupun India, di mana mereka (Malaysia dan India) tidak punya urusan untuk berbicara disini dan tentu ini bertentangan dengan umat Islam indonesia.
“Umat Islam Indonesia menolak internasionalisasi penanganan ibadah haji ini dan upaya itu merupakan deklarasi permusuhan yang kami tolak dengan keras dimana dua tanah suci yang dikelola oleh Arab Saudi yang merupakan pelayan dua kota suci,” papar Osamah.
Selanjutnya bagi Kerajaan Arab Saudi sendiri, dukungan dari Umat Islam Indonesia ini merupakan refleksi untuk menolak upaya yang dimotori Iran dan Qatar.
“Apa yang disampaikan para tokoh ini dimana mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Sumatra dan Bali ini adalah suatu refkeksi pernyataan bersama Arab Saudi, mereka menolak upaya internasionalisasi haji dimana ini merupakan tindakan permusuhan yang dimotori atau dilakukan oleh Iran maupun Qatar,” pungkasnya.

