Mengikuti secara seksama kondisi dan perkembangan yang terjadi kegiatan aksi mahasiswa 23 – 24 September 2019 di berbagai kota besar di Indonesia, aksi protes mahasiswa (BEM se Indonesia) dari berbagai perguruan tinggi, alumni gerakan mahasiswa 1977-1978 mengeluarkan pernyataan sikapnya.
Dalam siaran pers yang diterima MySharing, Kamis (26/9), aktivis pergerakan ‘77-78 se-Indonesia, mengatakan, para mahasiswa itu memakai jaket almamater. Juga, berkelompok sesuai asal perguruan tinggi masing-masing untuk menjaga tidak adanya masa liar yang tidak mereka kenal.
Dalam perkembangannya, “kami para aktivis Perjuangan Mahasiswa 1977-1978 sepenuhnya sangat kecewa atas perlakuan aparat dalam menghadapi masa mahasiswa. Pembubaran aksi mahasiswa secara keras dengan semprotan “water canon” dan tembakan gas air mata, tanpa adanya pendekatan persuasif , padahal para mahasiswa menggunakan “hak berkumpul, berserikat dan menyampaikan pendapat di muka umum” itu dijamin Undang-undang. Perlakuan aparat dalam membubarkan aksi mahasiswa, terkesan sangat arogan dan tidak memberikan kebijakan bernegosiasi secara baik dengan pimpinan aksi mahasiswa”, kata siaran pers bertanggal 25 September 2019 itu menjelaskan.
Dilanjutkan dalam siaran pers tersebut, perlakuan keras dan cenderung kasar dari aparat, bahkan tidak cukup dengan tembakan “water canon” dan gas air mata — melainkan pula pengejaran secara paksa. Pada saat peserta aksi mahasiswa tertangkap, berlanjut dipukuli dan ditendang — tak kecuali ke bagian kepala — dilakukan secara brutal dan tidak beradab. Mereka sejatinya adalah calon pemimpin masa depan yang hari-hari ini unjuk peduli terhadap masa depan Ibu Pertiwi. Aparat polisi tak seharusnya “membunuh” masa depan mahasiswa.
“Kami juga pernah mengalami sebagai aktivis mahasiswa melakukan aksi pada era otoriter militer zaman Presiden Soeharto. Meski kampus kami dikepung dan diduduki tentara, namun tidak seorang pun kami mendapat pukulan, tendangan dan keroyokan oleh Aparat”, kata siaran pers itu.
Kekecewaan angkatan ini, justru terjadi pada era demokrasi yang kami perjuangkan melalui Perjuangan Mahasiswa 77/78. Kali ini, aparat polisi dalam membubarkan setiap aksi mahasiswa — bersifat represif. Pelaku aksi mahasiswa diperlakukan ibarat bola yang sesukanya ditendang, dipukuli dan malah dikeroyok oleh aparat. Kekerasan yang diperlihatkan bagaikan pasukan fasis, yang membuat rakyat miris dan secara langsung akan menghilangkan rasa simpati rakyat kepada polisi. “Kami berpendapat, bahwa hal-hal tersebut sepenuhnya merupakan tanggungjawab saudara Tito Karnavian selaku Kapolri. Selanjutnya Presiden sepatutnya memberhentikan Kapolri,” kata aktivis pergerakan ’77-78 menegaskan.
Mereka menilai, jika Presiden Jokowi melakukan pembiaran, artinya sama saja dengan memelihara kekerasan terhadap rakyat dan Pemerintahan Jokowi akan dinilai sebagai Pemerintahan Fasis oleh negara lain, khususnya rakyat Indonesia sendiri.
[bctt tweet=”Presiden sepatutnya memberhentikan Kapolri!” username=”my_sharing”]
AKTIVIS PERGERAKAN 77-78 se INDONESIA
Kami yang menyatakan :
- Aa Tarsono, SH. MH.
- Ir. Achmad Syaifudin
- Adang Sahardjo, SE
- Ir. Ahmad Burhan
- Ahmad Gani, BE.
- Ait Syarif, B.Sc.
- Drs. Alben Sidauruk
- Ir. Alwis Dahlan
- Dr. Andriyono Kilat Adhi
- Dr. Ir. Anton Leonard
- Drs. Apip Djajadisastra
- Dr. AR Noor, MSi.
- Drs. Aryanto Dina
- Dr. Aswan Lubis, SpA. M.Kes.
- Ir. Bambang Hario
- Bambang Ekapurnama, MM.
- Ir. Bambang Mardiyanto
- Drs. Bashori Imron, M.Si.
- Boy Albanik, M.Eng., NZCE., Ph.D.
- Ir. Chairil Anwar
- Dr. Ir. Dadan Gandana, MK., MSi.
- Drs. Darwis Darlis
- Dedi Sukardan, SH., MH.
- Drs. Denny Agusta
- Ir. Dharma Setiawan
- Dindin Maolani, SH.
- Ir. Djamilius, M.Sc
- Ir. Dodi Rudianto
- Ir. Doddy Sanjoto, MBA.
- Ir. Eddy Asmanto
- Ir. Elmier Amien
- Elyan Virna Hakim
- Endang Wuryaningsih, SH.
- Drs. Ernawan S. Koesoemaatmadja. Psy. MBA.
- Etty Koerniasih
- Prof. Dr. Fauzie Hasibuan, SH., MH.
- Gaos Sugiri
- Gatot Sanyoto W.A, SH.
- Drg. Hadi Kusuma
- Haerul Subki
- Drs. Hannan Situpora
- Prof. Dr. Hari Azhar Aziz
- Ir. Hari Purwanto
- Ir. Harun Alrasyid
- Helmansyah, SH.
- Ir. Heri Hernanto
- Hikmat Abidin, SM.Hk.
- Ir. Imam Syafi’i
- Ida Farida M.
- Ida Nuraida
- drh. Ima Nurisa Ibrahim, MM
- Drs. Imam Wahyudi
- Ir. Indra Adil
- Ir. Iwan Mahardi
- Ir. Iwan Djanwarsyah
- Drs. Jimmy H. Siahaan, M.Si.
- Ir. Jose Rizal Nasution
- Ir. Kismono Hari Murty
- Dr. Khaerulsyah Nasution, Sp.PD.
- Drs. Komaruddin Rachmat
- Ir. Liliek Sudirahardjo
- Prof. Lukman Hakim, M.Sc., Ph.D.
- Dr. Maqdir Ismail, SH., MH.
- Ir. MaMX
- Drs. Moh. Thoher, SE.
- Drs. Moch. Chatib Usman
- Ir. Muchtar Hadi
- Ir. Muhan E. Djani
- Prof. Dr. Munar Lubis, Sp.A (K)
- Drs. Musfihin Dahlan
- Prof. Dr. Musni Umar
- Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir
- Nurdin Lubis, SH., MH.
- Ir. Pepen S. Padmawilaga
- Drs. Rahmadi Hidayat
- Ir. Roel Sanre
- Ir. Sayuti Asathri
- Ir. Sentu Bambang Hario
- Sjam Soelbachri, SH.
- Drs. Subur Dwiono, MM.
- Dr. Ir. Suryo Adiwibowo
- Susy Koesma
- Ir. Suswanreksohardjo, MM.
- Ir. Syafril Sjofyan
- Ir. Syahrial Hamzah
- Ir. Tito Roesbandi
- Prof. Ir. Usman Nasution
- Drs. Yayak Kencrit
- Dr. Zulkifli Halim
- Setya Dharma Pelawi.

