Gedung OJK
Gedung OJK

OJK Dorong Inovasi Produk Wisata Syariah

[sc name="adsensepostbottom"]

Indonesia kini sedang mulai mengembangkan wisata syariah dalam salah satu destinasi wisatanya. Potensi pasar yang besar ini menjadi sesuatu yang sayang untuk dilewatkan, khususnya bagi industri keuangan syariah.

Gedung OJK
Gedung OJK

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad, mengatakan pengembangan wisata tidak terlepas dari dukungan keuangan baik dalam domestik maupun internasional. Oleh karena itu, yang menjadi tantangan utama bagi keuangan syariah adalah turut serta mendorong pengembangan wisata syariah. Pihaknya pun berharap praktisi keuangan syariah bisa melihat peluang ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian keuangan syariah seperti harus mempunyai inovasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan baik masyarakat luas yang mendukung kegiatan berwisata maupun penyedia wisata dalam memberi service dan produk. “Jadi perlu ada produk inovasi pelayanan jasa keuangan yang cocok dengan pengembangan wisata internasional bisa berupa infrastruktur hotel, restoran, pembangunan tempat wisata termasuk akses pembiayaan bagi yang ingin berwisata. Ini perlu didorong lebih lanjut dengan Asbisindo dan asosiasi lainnya untuk bisa merespon dengan produk,” kata Muliaman dalam konferensi pers 1st Organization Islamic Conference (OIC) International Forum on Islamic Tourism di Hotel Borobudur, Senin (2/6). Ia menyontohkan saat orang berwisata, mereka memerlukan pula jaminan asuransi. Hal ini bisa ditangkap pula peluangnya oleh asuransi syariah.

Ia mengakui saat ini penetrasi lembaga keuangan syariah terhadap pembiayaan wisata syariah masih rendah karena belum banyak yang memahami potensi yang ada di sektor tersebut. Selain itu, perlu didorong pula potensi dan akses keuangan syariah yang lebih lebar bagi masyarakat luas. “Edukasi dan penignkatan awareness secara luas menjadi yang diprioritaskan,” tegas Muliaman.

Mengingat sebagian besar negara muslim seperti di Indonesia kini masyarakatnya mengalami peningkatan pendapatan, maka sektor wisata pun kini semakin menggeliat. Masyarakat membutuhkan pembiayaan wisata dan sektor bisnis islami perlu menempatkan posisinya secara maksimal dalam memanfaatkan pasar yang terus tumbuh tersebut. “Wisata syariah yang terus tumbuh ini harus dilihat sebagai peluang bagus bagi keuangan syariah,” tukas Muliaman.

Faktor lain yang harus diperhatikan, lanjut Muliaman, adalah terkait sumber daya manusia di kalangan industri keuangan terhadap prospek dan peluang yang ada di industri wisata syariah. “Saya ingin minta bantuan teknis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk bisa memberi briefing mengenai pengetahuan, prospek, potensi finansial apa yang bisa didukung penuh oleh industri keuangan syariah nasional,” ujar Muliaman, menindaklanjuti perlunya pendekatan terintegrasi dan terpadu dalam pengembangan wisata syariah di tanah air. Langkah konkrit yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah mengumpulkan pelaku bank syariah, lembaga keuangan syariah, Kemenparekraf dan para pelaku bisnis wisata syariah Indonesia dalam satu forum membahas isu pembiayaan wisata syariah. Melalui forum OKI hari ini, Senin (2/6), Muliaman pun berharap forum ini bisa menghasilkan sinergi antara pelaku wisata dan keuangan syariah diantara negara-negara OKI.

Berdasar data Thomson Reuters yang diambil dari 55 negara dalam the Global Islamic Economy 2012 pengeluaran muslim dunia mencapai miliaran dolar AS. Laporan tersebut menyatakan total pengeluaran muslim dunia di sektor makanan dan minuman halal mencapai 1088 miliar dolar AS atau sebesar 16,6 persen dari pengeluaran kebutuhan makan dan minum penduduk dunia dan akan mencapai 1626 miliar pada 2018. Di sektor media dan rekreasi, muslim dunia menghabiskan sekitar 151 miliar dolar pada tahun 2012 dan diperkirakan mencapai 205 miliar dolar pada 2018 atau sekitar 4,8 persen dari pengeluaran global.