Korupsi yang membudaya melemahkan semangat wirausaha kaum muda. Sayangnya, ini justru terjadi di dunia Muslim dan berkembang. Maka, kaum muda Muslim pun ditantang untuk membuat perbedaan.

Terkadang di suatu negara korupsi dan nepotisme malah sudah menjadi budaya dan menurun dari generasi ke generasi. Selama tidak ada seseorang atau sekelompok yang belum menghilangkan budaya tersebut, maka dinamika kehidupan masyarakat suatu negara akan sulit berkembang lebih baik.
Walaupun begitu, tidak seharusnya masyarakat di negara yang tinggi tingkat korupsinya patah semangat. “Saat kita menganggap korupsi itu adalah budaya dan memang begitu adanya, kita telah kalah. Memang ada orang yang sudah terbiasa dan nyaman dengan korupsi, tapi akan ada pula orang yang mengatakan, ‘Tidak. Kami melihat ada negara Muslim yang keluar dari korupsi, bagaimana mereka berkembang dan memberi kesempatan pada warganya, jadi mereka akan bilang ‘saya mau itu’’, sehingga mereka akan berupaya untuk mewujudkan itu,” papar Basim.
Ia memang menyayangkan kondisi di negara Muslim yang sebagian masih terjerat isu nepotisme dan korupsi. Pasalnya kondisi tersebut tidak memberikan harapan bagi warga negaranya untuk meraih kesuksesan. “Namun kaum muda akan mulai membuat perbedaan dan saya harap dekade berikutnya di dunia Muslim kita akan melihat banyak perubahan itu karena pemerintah yang korupsi akan takut adanya revolusi,” kata Basim.
Basim meyakini kaum muda Islam akan membawa banyak perubahan karena pastinya memiliki banyak ide tentang pemerintahan ideal dan terlepas dari korupsi. Transparansi roda pemerintahan juga menjadi kunci lainnya menuju pemerintahan yang ideal. “Kita melihat apa yang terjadi di Arab Spring, seperti di Tunisia, Libya dan Mesir, daftar itu semakin panjang. Saat kebebasan tersedia di suatu negara dan pemerintahan yang transparan, itu akan membuat perbedaan,” jelas Basim.
Inspirasi untuk membuat perbedaan dan melawan korupsi itu bisa diperoleh pula dengan bantuan teknologi melalui internet. Kaum muda saat ini semakin melek teknologi. Melalui internet seluruh dunia seakan tanpa batas dan segalanya saling terkoneksi dengan mudah. Orang pun bisa melihat apa yang terjadi di tempat lain dan membuka wawasan tentang dunia yang ditempatinya. “Karena itu kita harus mengubah budaya itu. Kita bisa menggunakan sosial media untuk mengubah budaya, karena jika mereka sukses maka anda juga dapat melakukannya,” kata Basim.

