Mesjid di AS telah menjadi bagian dari masyarakat Paman Sam. Berjumlah sekitar 2100 menurut data 2011, mesjid tidak menjadi pusat doktrinasi AntiAmerika.

Di sela-sela diskusi di Pusat Kebudayaan AS, @America (13/6) Dr. Ali bersedia diwawancarai MySharing mengenai topik ini.
Bagaimana dengan Islamofobia di AS?
Problem Islamofobia itu masih riil. Kebanyakan memang di orang-orang lama Republikan, meskipun saya tidak bisa mengatakannya semua Republikan. Mereka sebenarnya lebih mau menjaga ke-Amerikaan dan protestan. Tidak hanya Islam, dulu Katolik dan Yahudi juga menjadi korban bukan hanya Islam.
Juga imigran dari Meksiko dulu jadi obyek ketakutan juga. Ameriika ini sangat majemuk, jadi bukan hanya Islamofobia, tetapi lebih kepada xenofobia, takut kepada hal yang asing. Semua yang asing itu ibarat ancaman bagi ke-Amerikaan, yaitu protestan, etika protestan, dan kapitalisme protestan.
Apakah kebencian terhadap AS disebarkan di Mesjid-Mesjid di AS?
Hatred ya, ceramah-ceramah yang mengajarkann kebencian atas sesuatu bisa dilaporkan, termasuk jika dilakukan di mesjid ceramahnya. Mesjid telah menjadi bagian dari masyarakat Amerika. Yang hatred ini mereka yang di gerakan underground, bukan di mesjid. Karena itu tadi, mesjid sudah menjadi bagian dari masyarakat Amerika dan tidak ada mesjid di AS yang anti Amerika. Kalau ceramah semacam menyerukan bantuan untuk Palestina, dan sebagainya ada, tetapi bukan ajakan untuk membenci Amerika.
“…bukan hanya Islamofobia, tetapi lebih kepada xenofobia, takut kepada hal yang asing. Semua yang asing itu ibarat ancaman bagi ke-Amerikaan…”
Baru-baru ini diakui, Kemenlu AS sendiri ada bomber Muslim di Suriah adalah warga Muslim AS!
Mesjid tidak menciptakan orang-orang untuk menjadi bomber, bisa jadi bomber itu convert yang lemah, didoktrinasi, dicuci otaknya. Manusia yang alami tidak akan begitu. Saya kira itu hanya oknum saja. Terus terang kebijakan AS sangat positif bagi dunia Islam, saya terus terang bangga menjadi orang Indonesia di AS.
Lalu bagaimana dengan anggapan bahwa AS lebih memihak ke Israel dalam konfliknya dengan Palestina?
Masalah Timur Tengah ini rumit. Orang Timur Tengah seperti menyukai konflik. Sementara AS dituntut menjadi penengah. AS juga bingung harusnya bertindak seperti apa. Ibaratnya seperti orang tua yang anak-anaknya berantem, kadang dianggap lebih membela salah satunya.

