Berita ekonomi syariah kali ini datang dari Jepang yang kian berbenah diri menyambut wisatawan Muslim. Tempat beribadah, kain kerudung sutra, hingga makanan halal mulai bermunculan di Jepang demi memenuhi permintaan para wisatawan muslim.
Negara berjulukan Matahari Terbit ini hanya memiliki sekitar 100 ribu muslim yang bermukim, sehingga praktik dalam mengakomodasi kebutuhan umat muslim bukanlah menjadi sesuatu yang familiar. Menurut pimpinan sebuah perusahaan makanan Malaysia, Datuk Ibrahim Haji Ahmad Badawi, wisatawan muslim pun belum merasa nyaman berada di Jepang.

“Namun pemerintah setempat sekarang tampaknya telah mengerti kebutuhan para wisatawan muslim,” kata Badawi, Head of Brahim Holding Bhd, sebagaimana dilansir dari albawaba.com, Senin (14/7). Tahun lalu, seminar wisata syariah digelar di 20 lokasi berbeda di Jepang dan dihadiri oleh para perwakilan hotel dan restoran, dan Kamar Dagang Osaka pun telah menyebar 5000 pamflet panduan halal.
Di bulan Ramadhan ini promosi wisata ke Jepang kian gencar dilakukan, terutama di Asia Tenggara, di mana Malaysia dan Thailand telah menjadi negara bebas visa saat berkunjung ke Jepang. Sementara, Indonesia diprediksi akan menyusul dua negara jiran tersebut untuk bebas visa ke Jepang.
Brahim pun telah bekerjasama dengan salah satu maskapai Jepang, All Nippon Airways (ANA) untuk menyuplai makanan halal bagi penumpang pesawat. Bagi Badawi, walau Jepang terlambat dalam membuka pasar wisata syariah, arahnya sudah jelas. Perlahan tapi pasti, beberapa bandara menyediakan ruang ibadah, dan para wisatawan muslim pun dapat dengan mudah menemukan hijab sutra di Kansai International Airport. Selain itu, sekitar 19 kantin universitas juga telah menyediakan menu halal demi meningkatkan jumlah mahasiswa muslim yang menempuh studi di Jepang.
Bagi para wisatawan yang mencari hidangan khas Jepang seperti Yakiniku kini juga tak perlu kuatir karena telah ada restoran yakiniku halal yang dikelola oleh Roger Bernard Diaz. Kendati pria Srilanka ini non muslim, ia telah berkomitmen menyediakan daging halal di restorannya. Hal tersebut pun mampu menarik wisatawan dari Asia Tenggara dan Teluk untuk datang ke restorannya. Hanya ada satu kendala yang dihadapinya, yaitu sumber bahan makanan. “Sulit untuk menemukan seluruh bahan-bahan halal,” kata Diaz.
Berdasar data Japanese Tourist Office, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Jepang meningkat sampai 37 persen dari tahun lalu yang sebanyak 136.797 orang. Sedangkan, wisatawan Malaysia tercatat 176.521 orang, naik 35,6 persen.
[metaslider id=5352]
Jepang menargetkan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara dua kali lipat pada 2020, dengan target 20 juta pengunjung. Memperluas pilihan wisata bagi para turis di tahun itu akan menjadi salah satu kunci utama bagi pemerintah Jepang untuk meningkatkan pariwisata, di mana negara itu akan menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2020.

Berita ekonomi syariah kali ini datang dari Jepang yang kian berbenah diri menyambut wisatawan Muslim.

