Lelang sukuk pemerintah yang diselenggarakan pada dua hari lalu menembus angka penawaran hingga Rp 1,5 triliun. Namun jumlah sukuk yang terserap hanya sebesar Rp 245 miliar. Ketidakcocokan antara penawaran yield investor dan pemerintah dinilai menjadi salah satu faktor rendahnya penyerapan sukuk pada lelang kali ini.

Dalam lelang tersebut pemerintah pada akhirnya tidak menyerap seluruh penawaran SBSN seri SPN-S 02012015 dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 1,2 triliun. Sementara SBSN seri PBS005 diserap sebanyak Rp 130 miliar dari jumlah penawaran yang masuk Rp 179 miliar, dan SBSN seri PBS006 diserap Rp 115 miliar dari total penawaran Rp 145 miliar. Pemerintah menetapkan tingkat imbalan PBS005 sebesar 9,2 persen, dan seri PBS006 dengan tingkat imbalan 8,2 persen.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, mengatakan rendahnya penyerapan pada lelang sukuk beberapa waktu lalu adalah karena ketidaksesuaian penawaran yield. Walau penyerapan dalam lelang sukuk kali ini rendah, pemerintah masih optimis dapat mencapai target penerbitan di tahun ini. “Lelang sukuk dilakukan rutin sebulan dua kali dan akan ada sukuk global, jadi masih bisa sampai target,” kata Robert, di Gedung Kementerian Keuangan, Rabu malam (16/7).
Pencapaian penerbitan sukuk saat ini sudah mencapai 56,97 persen dari total target sebesar Rp 72,4 triliun di tahun ini. Jumlah sukuk yang sudah diterbitkan pemerintah sampai sekarang sebanyak Rp 41 triliun, dan menyisakan sekitar Rp 31,4 triliun dalam lima bulan mendatang. Indonesia menjadi penerbit sukuk negara terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Malaysia. Berdasar data Kementerian Keuangan per 4 Juli 2014, Malaysia mendominasi pasar dengan 93 persen, diikuti Indonesia enam persen, dan Brunei Darussalam satu persen.

