(Ki-ka): Ketua Umum Asbisindo, Yuslam Fauzi; Akademisi Ekonomi Syariah, Agustianto; Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam T Saptono, dalam Seminar Perbankan Syariah IBEX, Kamis (28/8).

OJK Dorong Bank Syariah Biayai Sektor Prioritas

[sc name="adsensepostbottom"]

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan syariah untuk mendukung pembiayaan sektor-sektor prioritas, seperti pertanian, pertambangan, listrik dan gas, infrastruktur dan konstruksi. Saat ini porsi pembiayaan tersebut masih di bawah lima persen.

(Ki-ka): Ketua Umum Asbisindo, Yuslam Fauzi; Akademisi Ekonomi Syariah, Agustianto; Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam T Saptono, dalam Seminar Perbankan Syariah IBEX, Kamis (28/8).
(Ki-ka): Ketua Umum Asbisindo, Yuslam Fauzi; Akademisi Ekonomi Syariah, Agustianto; Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam T Saptono, dalam Seminar Perbankan Syariah IBEX, Kamis (28/8).

Deputi Komisioner Pengawasan Bank Otoritas Jasa Keuangan, Mulya E Siregar, mengatakan tingginya rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga perbankan syariah yang berada di atas 90 persen menunjukkan bahwa lembaga keuangan syariah ini menjadi lembaga intermediary yang baik. Sektor perbankan pun masih memiliki ruang luas untuk meningkatkan kontribusi dalam mendukung sektor pembiayaan prioritas. Namun saat ini pembiayaan perbankan syariah ke sektor pertanian hanya punya porsi 2,5 persen, sektor pertambangan 1,8 persen, sektor listrik dan gas 2 persen, konstruksi dan infrastruktur 4,4 persen. Sementara pembiayaan konsumer 41 persen.

“Ini peluang bagi bank syariah untuk mengisi sektor yang punya multiplier effect besar. Kalau kita bisa meningkatkan penyaluran pembiayaan ke sektor tersebut, maka bank syariah bisa memberikan kontribusi nyata ke ketahanan pangan dan energi lebih besar lagi dan bagi perekonomian nasional,” ujar Mulya dalam Seminar Perbankan Syariah di Indonesia Banking Expo, Kamis (28/8). Ia menambahkan saat ini baru segelintir bank syariah yang menyalurkan pembiayaan energi terbarukan.

Mulya menuturkan bank syariah punya potensi untuk daya saing misalnya dengan teknologi informasi dan sumber daya manusia. Oleh karena itu, sebagai upaya mendorong industri keuangan syariah OJK memiliki prioritas jangka pendek, yaitu menyusun masterplan industri keuangan syariah Indonesia, penguatan internal dalam bentuk peningkatan SDM di internal OJK, menjalin kerjasama eksternal baik dengan lembaga domestik maupun internasional, peningkatan literasi keuangan syariah, dan mengembangkan infrastruktur dan menyempurnakan regulasi yang lengkap dan efektif.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Seluruh Indonesia, Yuslam Fauzi, mengatakan portofolio pembiayaan bank syaraih ke industri substitusi impor memang masih kecil. Kebanyakan bisnis bank syariah saat ini lebih kepada sektor usaha kecil san menengah. Namun, tak menutup kemungkinan ke depannya perbankan syariah akan menyalurkan pembiayaan yang lebih besar ke industri substitusi impor.

“Ke depannya sesuai dengan perkembangan bank syariah pasti akan masuk ke industri substitusi impor juga. Kalau sekarang belum banyak yang ke sana karena skalanya masih kecil,” kata Yuslam. Ia mengungkapkan masih banyak tantangan yang dihadapi perbankan syariah diantaranya adalah relaksasi dan fleksibilitas regulasi, SDM, sosialisasi dan ketersediaan produk yang inovatif.