kta syariah

Pinjaman Tanpa Agunan di Bank Syariah

[sc name="adsensepostbottom"]

Penyaluran pembiayaan oleh perbankan identik dengan keharusan adanya jaminan dari nasabah sebagai langkah mitigasi risiko. Hal inilah yang acapkali menjadi kendala bagi sejumlah nasabah.

Namun, kini mulai berkembang produk pembiayaan tanpa agunan di bank syariah. Di bank konvensional lebih dikenal dengan kredit tanpa agunan (KTA).

kta syariah

Pengamat ekonomi syariah, Masyhudi Muqorobin, menuturkan nasabah yang masuk kategori unbankable biasanya tak mendatangi bank untuk mengajukan pembiayaan. Karena tak memiliki agunan yang mencukupi, nasabah pun tahu diri dengan tidak datang ke bank, melainkan ke Baitul Maal wat Tamwil (BMT) yang iklimnya lebih cocok dengan nasabah unbankable.

Kehadiran sejumlah produk bank syariah yang menawarkan pembiayaan tanpa agunan pun tak terlalu menggeser preferensi nasabah unbankable, yang rata-rata bergerak di usaha skala mikro. “Jumlah usaha mikro yang cukup banyak di Indonesia ini menggiurkan bank syariah sehingga ikut masuk ke pasar mikro, tapi dengan tidak adanya agunan sebenarnya cukup berisiko bagi bank syariah,” kata Masyhudi kepada mysharing.co, Senin (22/9).

Menurutnya, perbankan syariah harus punya sumber daya manusia yang mumpuni untuk melakukan review dan monitoring secara berkala terhadap nasabah. Di sisi lain, hal tersebut pun dapat membuat biaya operasional meningkat, sehingga bisnis perbankan syariah menjadi tidak efisien.

Di pasaran memang belum banyak bank syariah yang secara gamblang menawarkan produk KTA syariah ke nasabah. UUS Danamon sebenarnya memiliki produk pembiayaan kepada koperasi karyawan, dimana koperasi harus mengajukan proposal pembiayaan, laporan keuangan, hasil rapat akhir tahun, dan beberapa persyaratan lainnya, yang tak mengharuskan adanya jaminan fisik berupa barang. Namun, belum ada pembiayaan tanpa agunan untuk nasabah ritel. Direktur Syariah Danamon, Herry Hykmanto, mengatakan saat ini pihaknya fokus pada pembiayaan usaha kecil menengah dan produktif. “Tidak ada produk KTA syariah di UUS Danamon,” kata Herry. Baca juga: Kredit Tanpa Agunan (KTA) Bank Syariah, Mau?kta syariah

Product Management Head UUS Danamon, Puti Nurulharni, menambahkan produk pembiayaan kepada koperasi karyawan menerapkan persyaratan yang begitu ketat untuk dipenuhi, sehingga walau tak ada agunan barang secara fisik pembiayaannya terbilang cukup aman. Namun, berbeda dengan produk KTA syariah untuk nasabah ritel. “Belum kepikiran untuk ke sana,” ujarnya.

Bank syariah lainnya yang memiliki produk pembiayaan tanpa mensyaratkan agunan barang fisik adalah BNI Syariah melalui produk Hasanah Card. Persyaratannya pun cukup mudah, yaitu fotokopi identitas dan bukti penghasilan (slip gaji). Direktur Bisnis BNI Syariah, Imam T Saptono, mengatakan secara umum ada dua hal yang menjadi pertimbangan BNI Syariah saat mengeluarkan produk Hasanah Card, yaitu strategi pemasaran dan alasan bisnis.

Imam menjelaskan dari aspek marketing, kartu pembiayaan atau kartu kredit (konvensional) adalah salah satu ikon produk perbankan yang menunjukan modernitas, progresif dan memiliki emotional bonding yang cukup kuat dengan penggunanya. “Kami meyakini bahwa pasar perbankan syariah 5-10 tahun ke depan akan didominasi oleh kelompok muda, produktif dan dari kalangan middle class. Oleh karenanya kami yakin produk Hasanah Card adalah produk yang dapat membawa wajah BNI Syariah secara keseluruhan sebagai bank syariah yang modern, energik dan tetap peduli terhadap penerapan nilai-nilai syariah,” papar Imam.

Selain itu, lanjutnya, masih dari kacamata strategi pemasaran produk tersebut adalah produk yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai pengalaman pertama dalam menjajal produk syariah, karena relatif mudah, murah dan cost apabila terjadi default relative  kecil (loss leader product). “Diharapkan setelah mencoba Hasanah Card, nasabah akan puas dan yakin akan kinerja BNI Syariah sehingga mau masuk ke dalam produk-produk lainnya,” tukas Imam.

Sementara dari kacamata bisnis, ia mengakui kartu pembiayaan memang membutuhkan skala ekonomi yang memadai. Suatu unit bisnis kartu baru akan break even point (BEP) bila pemegang kartunya telah mencapai kisaran 250-300 ribu kartu. “Jika volume itu tercapai margin yang diperoleh bisnis kartu umumnya di atas margin rata-rata pembiayaan lainnya (kecuali produk mikro banking),” kata Imam.

kta syariahNamun, Imam mengungkapkan untuk saat ini trend bisnis kartu agak melandai karena mengalami tekanan dari sisi ketatnya likiditas dan aturan pembatasan kepemilikan jumlah kartu untuk nasabah dengan penghasilan kurang dari 10 juta per bulan serta pembatasan upaya marketing lainnya seperti transfer balance, penggunaan outsource, Know Your Customer, dan lainnya. Sampai Agustus 2014 jumlah pemegang kartu Hasanah Card ada di kisaran 185-195 ribu kartu. Kenaikan ini jauh lebih kecil dibanding tahun lalu dari sekitar 50 ribu kartu per tahun menjadi 30-35 ribu kartu per tahun.

Dari sisi penggunaannya sebagian besar masih digunakan untuk melakukan transaksi belanja rutin di mall/groceries (70 persen), diikuti oleh gadget (15-20 persen) dan sisanya program (seperti edukasi, homestay, qurban). Outstanding pembiayaannya mencapai Rp 410 miliar dengan jumlah transaksi di atas Rp 1 triliun.

Sementara, bank syariah lainnya yang memiliki produk pembiayaan tanpa mensyaratkan agunan fisik adalah bank bjb syariah dengan produk Pembiayaan Serbaguna iB Maslahah, pembiayaan kepemilikan multiguna Bank Victoria Syariah, dan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri. Baca Juga: Warung Mikro Pembiayaan Berbasis Syariah.

Pembiayaan Produktif Mulai Mendominasi
Memasuki semester I 2014 tren pembiayaan industri perbankan syariah berubah haluan. Jika sebelumnya pembiayaan konsumtif terlihat mendominasi, kini pembiayaan produktif dan investasi mulai unjuk gigi.

Berdasar Statistik Perbankan Syariah Juni 2014 pembiayaan modal kerja dan investasi meningkat dari awal tahun. Pada Januari 2014 pembiayaan modal kerja tercatat sebesar Rp 69,6 triliun, namun pada Juni 2014 naik menjadi Rp 75,7 triliun (angka sementara). Begitu pula dengan pembiayaan investasi yang tumbuh menjadi Rp 35,4 triliun, dari Rp 33,7 triliun. Di sisi lain, pembiayaan konsumtif menurun, dari Rp 77,9 triliun menjadi Rp 76,6 triliun.

Masyhudi menilai pembiayaan konsumtif yang menurun dapat diartikan kemampuan daya beli masyarakat memang sedang rendah atau adanya aspek keinginan masyarakat untuk lebih berhemat dan mengalihkan dananya ke sektor produktif. “Tren pembiayaan konsumtif yang menurun di bank syariah berarti memang konsumsi masyarakat sedang rendah dan lebih memilih untuk menginvestasikannya di sektor produktif,” kata akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini. Penyaluran pembiayaan ke sektor produktif pun dapat turut menggenjot perekonomian.

Di BNI Syariah tren pembiayaan konsumtif yang mulai menurun juga terjadi. Imam menuturkan semula pembiayaan konsumtif mencapai 60 persen dari total portofolio, sedangkan saat ini menjadi 55 persen. “Hal ini disebabkan oleh efektifnya ketentuan baru mengenai pembiayaan kepemilikan rumah seperti LTV (loan-to-value), dan larangan rumah indent,” ujar Imam.

MySharing akan menyoroti secara khusus mengenai Kredit Tanpa Agunan Bank Syariah hingga 30 Oktober 2014. Artikel berseri ini akan bercerita beberapa aspek terkait wacana kredit tanpa agunan bank syariah ini. yaitu:

  1. Pinjaman Tanpa Agunan di Bank Syariah. Berita tentang KTA Syariahkta syariah
  2. Pembiayaan Multiguna di Bank Syariah. Feature tentang Pembiayaan Multiguna Bank Syariah dan bagaimana mendapatkannya
  3. KTA Syariah Boleh, Asal Amanah. Opini dan analisa fikih dari pakar ekonomi syariah.
  4. Wawancara dengan perencana keuangan syariah  (coming soon)
  5. Komentar masyarakat/ nasabah

[su_note note_color=”#CC0000″ text_color=”#ffffff” radius=”5″ class=”.blockquote”]Tertarik dengan KTA Syariah? Ingin memahaminya lebih dalam? Atau ingin mendapatkan penawarannya jika produk ini pada akhirnya ada juga di bank syariah. Atau, Anda ingin tahu lebih banyak tentang produk pembiayaan syariah? Insyallah kami akan membuat artikel-artikelnya, dan Anda dapat menerima informasinya via email.[/su_note]

[su_button url=”http://mysharing.co/survei-persepsi-konsumen-kta-syariah-email/” target=”blank” background=”#000000″ radius=”round”]Beritahu Saya [/su_button]

Kami juga mengundang Anda untuk mengikuti Survey Persepsi Konsumen tentang KTA Syariah yang kami adakan. Selain akan digunakan sebagai masukan kepada perbankan syariah dan stakeholders ekonomi syariah, juga sebagai user generated content di situs ini. Hasil survey akan dipublikasikan pada 15 Oktober 2014.

[su_button url=”http://mysharing.co/survei-persepsi-konsumen-kta-syariah-email/” target=”blank” background=”#000000″ radius=”round”]Ikuti Surveinya [/su_button]