Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat tingkat literasi produk keuangan masyarakat Indonesia masih rendah. Menurut riset OJK, saat ini indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 21,8 persen. Artinya, dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 52 juta jiwa saja yang benar-benar paham tentang industri keuangan dan produk jasa keuangan. Dari enam produk keuangan yang tersedia, baru bank yang cukup dikenal masyarakat yaitu sebesar 57,28 persen.

Direktur Utama Bank Papua, Johan Kafiar, mengatakan hal serupa juga terjadi di Papua. Ia menuturkan kemungkinan besar masyarakat Papua belum mengenal bank, kecuali mereka yang hidup di kota. Oleh karena itu, pihaknya bersama dengan pemerintah daerah setempat pun melakukan edukasi literasi keuangan perbankan bagi masyarakat Papua, hingga ke sekolah-sekolah. “Dengan memperkenalkan bank dan layanannya, perekonomian masyarakat diharapkan bisa berkembang,” kata Johan.
Johan menuturkan pola pikir masyarakat Papua di pelosok tak jarang masih tradisional dan belum mengenal perbankan, sehingga edukasi literasi keuangan harus dilakukan secara perlahan. Johan melanjutkan pihaknya pun merekrut anak Papua terbaik untuk dilatih menjadi pegawai Bank Papua agar mereka dapat membantu memberikan edukasi keuangan perbankan ke masyarakat Papua.
Langkah lainnya untuk lebih memperkenalkan dunia perbankan, Bank Papua pun membuka sejumlah kantor cabang di berbagai daerah untuk menjangkau masyarakat di pelosok. Johan mengakui minimnya infrastruktur acapkali menjadi kendala dalam pengembangan ekonomi suatu daerah. Oleh karena itu, sebelum membuka suatu kantor cabang, Johan pun selalu mengimbau pemda setempat untuk membangun infrastruktur terlebih dulu. Baca: Infrastruktur Minim Jadi Kendala Perekonomian Papua
“Ada pemerintahan yang menempatkan uangnya malah di tempat lain karena disana tidak ada bank. Akhirnya kami bilang,”Oke, kami akan buka kantor di tempat Anda tapi persiapkan infrastruktur transportasinya. Akhirnya kami membuka kantor disana dan perekonomian pun mulai berkembang,” papar Johan, tanpa merinci pemda tersebut.
Bank Papua juga menyediakan ATM di beberapa daerah untuk mempermudah transaksi keuangan masyarakat dan efisiensi. “Misalnya saja untuk transfer uang Rp 10 juta atau Rp 15 juta harus carter kapal Rp 10 juta untuk ke tempat yang ada di banknya, kan sama saja bohong. Tapi, dengan adanya ATM itu sudah sangat membantu masyarakat untuk transfer,” ungkap Johan. Langkah efisiensi lainnya adalah dengan memperkenalkan layanan online banking.
Untuk memperluas cakupan layanan ke masyarakat Papua yang tersebar, Bank Papua pun memiliki kantor cabang di luar Papua, seperti di Jakarta (4 kantor), Surabaya, Makassar, Tana Toraja, dan Manado. “Selain ada banyak orang Papua yang tinggal di kota-kota itu, kami membuka cabang di sana juga karena ada banyak mitra kerja nasabah. Jadi dengan membuka cabang di kota itu transaksinya bisa tetap di Bank Papua,” jelas Johan. Secara total ada Bank Papua punya 174 kantor cabang.
Berdasar kajian Bank Indonesia, pada triwulan I-2014 perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang masih positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,57 persen (year-on-year) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54 persen (yoy).

