ilmu keislaman

Ilmu KeIslaman: “Ketika Tangan dan Kaki Berkata”

[sc name="adsensepostbottom"]

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkah

Ingat lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata yang dipopulerkan oleh penyanyi almarhum Chrisye? Ternyata tidak perlu menunggu di akhirat untuk membuktikan kebenaran makna yang terkandung dalam Al Quran ayat 65 Surat Yasin tersebut. CRIS sudah membuktikan kebenaran tersebut melalui kajian – kajian yang mereka lakukan.

Ya CRIS,  Center for Research and Islamic Studies Foundation yang dimotori mahasiswa di Surabaya telah melakukan kajian bagaimana Ilmu Keislaman menjawab kehidupan manusia. Menurut sang penggagasnya, Muhammad Najih Arromadloni, anggota CRIS sudah melakukan banyak sekali kajian dan penelitian multi dimensi keilmuan dan dihubungkan dengan Ilmu keIslaman.

Salah satunya yang dilakukan anggota CRIS yang juga mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga di bidang kedokteran forensik. Data sidik jari tangan dan kaki ternyata sangat penting bagi dunia forensik. Justru data ini lebih dipercaya dibandingkan dengan pengakuan atau alibi dari orang yang hidup. Apa yang terjadi dapat direkonstruksi berdasarkan informasi yang diperoleh dari tangan dan kaki meskipun secara harfiah keduanya tidak berbicara.

Itu berarti, Islam jauh-jauh hari sudah menjelaskan tentang tangan dan kaki “berbicara” terhadap apa yang terjadi atau dilakukan manusia. “Kalau dulu kita berpikir bahwa ayat tentang ini (QS Yasin ayat 65) akan terjadi di akhirat, ternyata di duniapun Islam sudah membuktikan makna dari ayat tersebut,” ujar lelaki yang pernah kuliah di Jurusan Dakwah dan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Kajian Keislaman Universitas Ahmad Kuftaro, Damaskus-Suriah ini.

Masih banyak kajian-kajian Ilmu keIslaman ini yang dapat diteliti dan digali, karena dalam Ilmu Keislaman, menurutnya terdapat petunjuk dengan jelas bidang Ekonomi, Politik, Budaya, Sosial dalam kehidupan manusia.

CRIS Foundation
Anggota CRIS Foundation. Foto: Syamsul Anam

Beragam  Perguruan Tinggi
Sejak awal berdiri 2012 silam, hingga saat ini CRIS yang beranggotakan 35 orang mahasiswa dari beberapa universitas di Surabaya dengan latar belakang bidang pendidikan yang berbeda-beda, menghasilkan karya penelitian minimal dua karya setiap minggunya. Karya – karya tersebut dipresentasikan setiap Kamis malam melalui diskusi rutin mingguan. Selanjutnya karya – karya tersebut di publikasikan dalam buletin mingguan yang terbit setiap Kamis pagi.

Penelitian dan Kajian tentang Keislaman inilah yang melatar belakangi berdirinya CRIS tersebut. Menurut Najih, ketika dirinya kuliah di Suriah, ternyata perhatian pemerintah setempat terhadap dunia penelitian terutama ilmu keislaman sangat besar termasuk para penelitinya sendiri juga sangat antusias. Di Indonesia kondisi itu terjadi sebaliknya, jumlah peneliti Ilmu ke-Islaman dan dukungan pemerintah terdapat penelitian ini tidak besar. Padahal hasil penelitian mereka menjadi salah satu kunci dari kemajuan suatu  bangsa.

Ketidakgairahan terhadap kegiatan penelitian juga terjadi pada kampus tempatnya kuliah saat ini yakni di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Keterlibatan mahasiswa dalam penelitian Ilmu keIslaman semakin tidak nampak, padahal kampus mereka adalah Universitas Islam.

Di mata Najih, mahasiswa lebih banyak mengikuti kegiatan atau organisasi berbasiskan Politik. Sangat jarang mahasiswa yang mau menggeluti kegiatan ilmiah termasuk penelitian. Padahal kampus menurutnya adalah tempat untuk mengembangkan dan mengasah intelektualitas dan pengembangan keilmuan, sementara mahasiswa cenderung ke organisasi perpolitikan yang ada di kampus.

Melihat kondisi tersebut, sekitar tahun 2012 Najih yang saat itu semester 2 program studi (prodi) Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat bersama enam orang temannya merintis kajian – kajian dan penelitian bidang keislaman. “Waktu itu kita masih berbentuk diskusi –diskusi kecil tentang topik atau buku yang menarik untuk kita diskusikan,” ujar lelaki yang hafal 30 juz Al qur an ini.

Setelah berjalan beberapa bulan, mulailah didirikan CRIS Foundation yang keanggotaannya tidak lagi dibatasi dari mahasiswa UIN. Sebaliknya, beberapa mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya mulai terlibat, ada dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga, Universitas Bayangkara, Universitas Negeri Surabaya dan lainnya. Struktur organisasi dan jenis kegiatan juga semakin diperbaiki sehingga apa yang dilakukan CRIS semakin terarah dan jelas.

Menurut Najih, jumlah anggota tidak perlu banyak, yang penting mereka memiliki platform yang sama dalam pengembangan keilmuan terutama ilmu ke Islaman. Dan satu hal yang ditekankan oleh Najih kepada teman-temannya adalah mengharamkan plagiat terhadap karya penelitian orang lain. Tindakan ‘menyalin’ karya orang lain kemudian di klaim sebagai karya diri sendiri, menurutnya dosa paling besar dalam dunia intelektualitas.

CRIS Foundation Surabaya
Salah satu kegiatan CRIS Foundation. Foto: Syamsul Anam

Wajib Penelitian
Setiap anggota CRIS memiliki kewajiban melakukan penelitian atau kajian tentang suatu topik. Hasil tersebut harus dipresentasikan untuk didiskusikan selanjutnya di publikasikan. Bisa jadi satu orang mengerjakannya 1 bulan atau bisa jadi lebih cepat dari itu tergantung jenis penelitian atau kajiannya. Anggota di ajak untuk produktif dalam melakukan penetian atau kajian. Baca juga: Ayo, Gairahkan Penelitian Ekonomi Syariah

Keseriusan para mahasiswa dalam melakukan kajian dan penelitian ini direspon banyak pihak. Di antaranya mereka mendapatkan tiga tempat untuk dijadikan sarana berkumpul baik diskusi maupun mengkaji sesuatu, yaitu di Masjid Nur Mudrikah Wiguna, mushollah Al Fatah Gununganyar dan Taman Pondok Jati Sepanjang.

Demikian juga Kampus UIN, tempatnya menuntut ilmu. Pihak Rektorat memberikan support, diantaranya menyediakan tempat untuk berkumpul rutin pada hari kamis malam di salah satu lap kampus yang terletak di Jalan Ahmad Yani Surabaya ini.

Najih CRIS Foundation
Muhammad Najih Arromadloni, penggagas CRIS Foundation, penghafal 30 Juz Alquran. Foto: Syamsul Anam

“Kami mendapat ruangan yang representatif untuk melakukan kegiatan diskusi dan kajian, apalagi  dilengkapi dengan pendingin ruang dan sound system yang memadai,” tambahnya.

Diakuinya, materi dan jenis penelitian yang dilakukan anggota CRIS berhubungan dengan tugas –tugas kampus, tetapi tidak sedikit yang dilakukan secara mandiri. Tentu saja, perkembangan CRIS yang sudah 2 tahun ini sangat membanggakan. Kegiatan Pelatihan penelitian,  praktik penelitian, kajian, diskusi dan publikasi sudah berjalan sebagaimana yang direncanakan.

Paling tidak, anggota CRIS memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahasiswa – mahasiswa lainnya, di antaranya dalam bidang kepemimpinan, komunikasi dan analitik. “Kemampuan metodologi penelitiaan sangat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang didapatkan dari kampusnya,” ujar lelaki kelahiran Brebes, 3 April 1991 yang saat ini melanjutkan studi S-2 di UIN.

Harapan lelaki yang pulang kuliah dari Suriah karena terjadinya konflik di negeri tersebut adalah menjadikan CRIS sebagai lembaga Riset yang berkembang, terutama penelitian – penelitian yang berhubungan dengan ilmu Keislaman. CRIS juga diharapkan menjadi lembaga yang diperhitungkan dalam melakukan kajian  dan penelitian Keislaman di Indonesia.

Diakui Najih, untuk mengembangkan CRIS bukan perkara mudah. Salah satu persoalan utama adalah Pendanaan. CRIS jelas membutuhkan dana operasional besar untuk melakukan beragam kajian dan berbagai penelitian. Untuk saat ini hampir semuanya dibiayai secara mandiri oleh CRIS dengan bantuan dari beberapa pihak.

Yang membanggakan, tidak sedikit anggota CRIS yang mulai dipercaya oleh kalangan dosen di kampus masing-masing untuk menjadi asisten peneliti. Termasuk juga Najih yang pernah membantu dosen UIN dalam melakukan penelitian. Melalui berbagai tugas sampingan tersebut, masing-masing mahasiswa menyisihkan sebagian honor yng diterimanya untuk CRIS, agar wadah para peneliti muda ini terus berjalan di tengah serba keterbatasan dana yang ada.

Untunglah, meski ‘dihadang’ dengan keterbatasan dana, semangat mereka untuk menghasilkan beragam penelitian tetap besar. Semoga semakin banyak pihak yang peduli mengucurkan dana agar CRIS  terus produktif menghasilkan penelitian-penelitian yang sangat berguna bagi kemaslahatan umat.