Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, meninjau Posdaya Giwangan Barokah, di desa Giwangan, Mrican Yogyakarta.foto Yayasan Damandiri

Mengembangkan Posdaya Budaya

[sc name="adsensepostbottom"]

Posdaya Giwangan Barokah,Mrican Yogyakarta melahirkan beberapa Posdaya dengan keunikan menarik.  Posdaya ini mampu mengembangkan Posdaya Budaya.

Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, meninjau Posdaya Giwangan Barokah, di desa Giwangan, Mrican Yogyakarta.foto Yayasan Damandiri
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, meninjau Posdaya Giwangan Barokah, di desa Giwangan, Mrican Yogyakarta.foto Yayasan Damandiri

Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya ) sebagai forum bersama, dalam bahasa populernya disebut lingkaran besar. Ternyata, dalam dinamikanya mampu mempersatukan lingkaran-lingkaran kecil di setiap RW di seluruh Indonesia. Dibawah naungan Yayasan Damandiri, kini Posdaya di Indonesia sudah mencapai 35 ribu.

Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, mengatakan Posdaya menggetarkan nilai kegotong royongan dengan mengajak berbagai lingkaran kecil meramu keunikan sebuah desa menjadi untaian ratna mutu manikin yang sangat indah dan berbudaya.Kumpulan keindahan itu menjadi aset menarik dan menghasilkan keinginan kalangan luas untuk menikmati serta menghantarkan keuntungan bagi kesejahteraan rakyatnya.

Haryono pun mencontohnya, Desa Giwangan, Mrican Yogyakarta, yakni seuatu desa yang tidak terkenal ternyata mempunyai banyak keluarga berbakat. Hal ini dibuktikan ketika mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dari Universitas Janabadra, yang dipimpin oleh Dr.Ir. Suharjanto, MCSE, dan Dr. Cukil Kusdarjito PhD sebagai wakilnya. Para mahasiswa menganjurkan pembentukan Posdaya sebagai forum silaturahmi untuk menyegarkan budaya gotong royong memanfaatkan kearifan lokal, sebagai modal pengembangan upaya preventif dalam bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan dan wirausaha.

“Gayung pun bersambut.Masyarakat Giwangan itu rupanya tidak saja tanggap tetapi berpikir lebih jauh dan bekerja cerdas. Sehingga pada Oktober 2011 dibentuklah Posdaya Giwangan Barokah,” kata Haryono Suyono, dalam laporannya yang diterima MySharing.

Pengembangan awal Posdaya Giwangan Barokah ini, dibimbing oleh camat Harjo Mulyo terdahulu yaitu Agus Sunarto. Setahun kemudian dilanjutkan oleh camat Marjuki, yang sukses mengembangkan Posdaya ini hingga bertambah menjadi sembilan Posdaya. Bahkan dari laporan Wika Harisa Putri, staf Pengembangan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Janabadra , bahwa disamping kegiatan pokok, yaitu mengantar keluarga sehat, cerdas, terampil dan peduli pada lingkungan sekitarnya. Ternyata, setiap Posdaya semakin mengembangkan dirinya menjadi Posdaya dengan sifat khusus yang menarik.

Ada Posdaya yang menjadi pusat pengembangan pelayanan kesehatan preventif dan menjadi contoh Posdaya lain untuk belajar. Ada pula Posdaya yang membentuk pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) , sehingga menjadi contoh pengembangan PAUD di desa lain. Selain itu terdapat Posdaya yang sukses mengembangkan ketrampilan anak-anak untuk mendalami Al Qur’an. Sehingga menghasilkan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Bahkan ada pula anggota Posdaya yang memiliki keahlian seni secara sukarela memberikan pelatihan menari kepada anak muda dalam upaya melestarikan budaya Indonesia.

Haryono pun menuturkan, aneka ragam itu menimbulkan gagasan untuk mengembangkan Posdaya Giwang Pesona atau Posdaya Budaya, yang mengkombinasikan kegiatan untuk menarik wisatawan ke desa Giwangan. Untuk mewujudkan Posdaya Budaya, jumlah perguruan tinggi dan mahasiswa juga bertambah.Tidak hanya mahasiswa KKN Tematik Posdaya universitas Janabadra, tapi juga dari UPN dan Universitas Gajah Mada. Kehadiran mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ini menambah variasi menarik bagi kemajuan Posdaya di Giwangan.

Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disambut anggota lansia Posdaya Budaya. foto: Yayasan Damandiri
Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono disambut anggota lansia Posdaya Budaya. foto: Yayasan Damandiri

Pada akhirnya, Posdaya di desa Giwangan ini menjadi Posdaya Budaya yang memberikan petunjuk bahwa kegotong royongan masyarakat menghasilkan produk laku jual. Target produk bisnsi kelompok Posdaya bukan saja menyasar masyarakat kecil, tapi juga masyarakat menengah atas. “Sesuai hukum Maslow, sudah jauh lebih tinggi dari makanan dan minuman produk yang dipasarkan,” kata Haryono.

Kekhususan Posdaya ini pun berkembang menjadi Posdaya yang diberi nama sesuai kegiatan utamanya, seperti Giwang Elok, Giwang Ayu, Giwang Sekar, Giwang Kreatif, Giwang Siaga, Giwang Murti Sungai , Giwang Edukasi, Giwang Rohani dan Giwang Ceria. Masing-masing bernuanas budaya seakan melambangkan cita-cita utama anggotanya untuk memamerkan desa yang cantik, penuh keindahan, lingkungan tertata rapih dan bersih serta memiliki sungai yang menjadi tempat pemeliharaan ikan untuk hiburan memancing.

Dalam demontrasi mengembangan Posdaya Budaya, belum lama ini, Haryono Suyono diudang ke desa Giwangan. Haryono pun disambut upacara sederhana dinaiki andong, yang didepannya diiringi anggota Posdaya lansia menaiki sepeda ontel. Jalanan pun dihiasi umbul-umbul seakan ada pejabat yang akan lewat.

Dalam perjalannya, rombongan ini juga dihibur nyanyian tradisional yang dimainkan oleh perempuan lansia menabung lesung sebagai instrument musiknya. Para lansia yang sebagian sudah ompong ini, menyanyikan lagu dengan suara serak-serak sayup dan mempesona. Kecerian kelompok Posdaya dan undangan pun hanyut oleh tampilan tarian remaja warga Giwangan. Tarian dengan iringan gamelan dan tembang yang lembut memukau semua yang hadir, termasuk Haryono Suyono.”Saya bangga dan sukses atas pengembangan Posdaya Budaya dari Giwangan,” pungkas Haryono.