Menag : Bentengi Radikalisme dengan Sikap Moderat

[sc name="adsensepostbottom"]

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudddin mengakui budaya global dan paham-paham radikalisme telah bersinggungan dengan pelajar. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian serius semua pihak, khususnya yang memiliki tanggungjawab dalam bidang pendidikan.

 

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat berpidato pada membukaan Perkemahan Rohis Tingkat Nasional 2014 di Bumi di Jakarta, Rabu (12/11). Foto:Kemenag RI.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin  berpidato pada pembukaan Perkemahan Rohis Tingkat Nasional 2014 di  Jakarta, Rabu (12/11). Foto:Kemenag RI.

“Remaja atau pelajar saat ini mudah berinteraksi dengan dunia luar seiring semakin pesatnya teknologi komunikasi.  Dan kewajiban semua pihak untuk membentengi mereka dengan sikap moderat,” kata Lukman, saat membuka Perkemahan Rohani Islam (Rohis) Tingkat Nasional I di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta, Rabu (12/11).

Lukman meminta agar para guru mengedepankan norma-norma agama maupun sosial yang saat ini menjadi tuntunan Kurikulum 2013, yaitu sikap sosial dan spiritual.  Salah satunya dengan menggencarkan upaya internalisasi nilai-nilai Islam “rahmatan lil `aalamin” dan sikap moderat suatu keharusan.

Lebih lanjut ia menambahkan, untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju dan makmur, tidak hanya dibutuhkan  generasi yang cerdas, kreatif dan berahlak mulia. Aset terbesar untuk untuk kejayaan dan kemakmuran bangsa tergantung kepada ketersediaan sumber daya manusia berkualitas.

Pada kesempatan ini, ia juga mengajak para guru untuk bisa memberi warna keunggulan kepada para pelajar. Beri pemahaman kepada mereka nilai Islam yang benar dan rahmatan lil alamin, agar menjadi generasi Muslim, generasi qurani yang tangguh, cerdas, kompetitif, jujur, santun dan berahlak mulia.”Islam adalah ajaran yang menebar kedamaian kepada alam semesta. Ajaran salam mengajak diri sendiri dan sesama untuk membawa keselamatan di muka bumi. Oleh karena itu, saya meminta para pelajar memahami Islam dengan benar,” tegasnya.

Terkait perbedaan harus dihormati.  Menurutnya, perbedaan hadir karena semua insan untuk saling melengkapi, mengisi dan menyempurnakan. Bukan untuk memecah belah. Allah SWT menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa, semua itu dimaksudkan agar kita bisa bersikap bijaksana.

Ia menuturkan, jika Allah SWT mau, tentu bisa saja diciptakan manusia sama. Tapi, Allah SWT berkehendak lain. Manusia hadir di muka bumi dengan kemajemukannya. Adanya perbedaan merupakan ujian bagi manusia untuk berlomba-lomba mencapai kebaikan. “Karena itu, jadilah Muslim Indonesia yang sejati. Islam yang menghormati perbedaan dan membawa keselamatan bagi alam semesta,” pungkasnya.

Acara yang berlangsung hingga 15 November 2014 ini diikuti oleh 2.000 siswa tingkat SMA dan SMK seluruh Indonesia. Acara ini juga dimeriahkan dengan pemberian materi keagamaan, berbagai lomba seperti debat pemikiran keagamaan, MTQ dan khutbah Jumat.