Beragam varian sambal kemasan kini beredar di pasaran. Semua menawarkan sensasi pedas mendekati rasa sambal cobek. Hell Yeah! pun demikian, rasanya menggigit mencuri perhatian pecinta sambal. Omzet HellYeah! pun mencapai puluhan juta setiap bulannya.

Orang dibalik kesuksesan HellYeah! adalah Irdham Arbina Nurdianyah. Tepatnya, Maret 2011, bisnis ini digeluti dan semua berawal dari hobi memasak mendorong ia memproduksi sambal tradisional berbahan dasar cabai rawit domba yang memberi efek rasa pedas meledak dalam mulut.
Bermodal uang sebesar Rp 200.000, ia memulai usaha ini. Awalnya, Irdham membawa sambal racikannya ketika mengikuti pameran cholting di Bandung. Ternyata teman-temannya sangat menyukai sambal ini, dan banyak yang pesan. Ia pun cerdik memanfaatkan media sosial yang tengah digandrungi kaum muda sebagai tempat berpromosi.
Strategi pemasaran lewat media sosial membuat keuntungan besar bagi HellYeah! karena pembeli yang telah merasakan dahsyatnya sambal ini pasti akan menceritakan melalui twitter atau facebook. Hal inilah yang menjadi kekuatan pemasaran HellYeah!.
Apalagi label HellYeah! mengandung makna keberhasilan dengan intonasi yang menekan dan bersemangat. “Target kami, membidik anak muda yang energik dengan tren gaya hidupnya,” kata Marlangen Perwita S, kepada MySharing, saat ditemui di rumahnya di Jatiwarna Bekasi, Jawa Barat, Selasa (10/11).
Marlangen Perwita S atau Wita adalah adik Irdham, yang sekarang ini lebih fokus mengelola HellYeah!. Menurut Wita, demi membantu usaha sang kakak, ia rela berhenti kerja sebagai Kepala Toko Sagung Seto di kota Bandung. “Kak Irdham sedang fokus bisnis kosmetika di Bandung, jadi saya yang kelola HellYeah sejak 2013,” ujarnya.
Karena targetnya anak muda, kemasan pouch HellYeah! juga didesain lebih elegan. Sambal kemasan isi 110 gram ini dibandrol Rp 25.000 perkemasan. Kini dalam seminggu, Wita memproses 4 kali produksi sambal. Sekali produksi menghasilkan 300 kemasan, dengan memperkerjakan enam orang karyawan.” Untuk sekali produksi dibutuhkan 30 kilo gram cabai rawit domba,” kata Wita.

HellYeah! tersedia tiga varian, yaitu sambal bawang, sambal jeruk limo dan sambel terasi udang. Hmmmm…sensasi pedasketiga varian ini menggugah selera makan. Sehingga tak heran kalau pemasaran HellYeah! berkembang luas dan memiliki reseller online ratusan.
HellYeah! juga hadir di koperasi Bank Indonesia (BI), Galery Usaha Kecil Menengah (UKM) Smesco Tower, Seven Eleven Smesco Tower, dan Toko Daging Nusantara. Bahkan menyasar hingga ke luar negeri yaitu Amerika Serikat, Singapura, Kanada, Australia dan Malaysia.”Setiap bulan penjualan meningkat, omzet mencapai Rp 30 juta lebih,” ujar Wita.
Menurut perempuan 28 tahun ini, perbedaan HellYeah! dengan sambal pabrik terletak dari bahan baku dan konsep rasa. Jika sambal pabrik cenderung bertekstur halus dengan rasa yang kurang menggigit, sambal HellYeah! justru menonjolkan konsep sambal tradisional. “Saya mengangkat resep sambal goang khas Jawa Barat dengan struktur seperti sambal ulek rumahan,” kata Wita.
Ia menegaskan bahwa sambal itu menu paling mendasar dan hampir disetiap makanan dilengkapi sambal. Dengan tampilan HellYeah! kemasan pouch, memudahkan pencinta sambal membawanya ketika hendak pergi kemanapun. Terkait masalah halal, Wita mengungkapkan, sejak merintis HellYeah! tahun 2011, ia telah menerapkan peraturan yang terkait dengan halal dalam operasionalnya, yaitu menggunakan bahan-bahan halal pada produksinya. “Oleh karena itu, saya melakukan langkah untuk mendapatkan sertifikasi halal MUI dan masih dalam proses. Insya Allah dalam waktu dekat sudah jadi,” katanya.
Menurutnya, sertifikasi halal MUI diyakini bisa meningkatkan daya saing HellYeah! tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Apalagi Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) 2015 waktunya semakin mendekat. “Sertifikasi halal bisa mendukung persaingan dengan negara lain. Para UKM seperti saya juga akan terus berinovasi produk halal,” pungkas Wita.

