Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Delegasi Islamic Development Bank (IDB) telah melakukan pertemuan membahas pembayaran DAM jamaah haji Indonesia. MUI berharap proyek IDB ini memberikan nilai ekonomi bagi Indonesia.

Ketua Bidang Hubungan International Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Muhyiddin Junaidi mengungkapkan, IDB meyakini bahwa Indonesia memiliki keunggulan dalam eskpor-impor baik itu daging dan non-daging. Untuk itulah, IDB menawarkan agar Indonesia bisa mengeskpor kambing ke Arab Saudi sepanjang tahun, bukan saja untuk konsumsi DAM jamaah haji Indonesia.
Namun, lanjut Muhyiddin, kenyataan di lapangan harga kambing Indonesia lebih mahal daripada kambing yang diimpor Arab Saudi dari negara tetangganya seperti Ethopia. Ini sangat memberatkan IDB, soalnya dalam filosofi pedagang akan membeli kambing dengan harga murah bukan harga mahal.“IDB sadar bahwa ini adalah bank pembangunan Islam, tapi dalam kaca mata pembisnis. Mereka selalu mencari keuntungan,” kata Muhyiddin kepada MySharing, Senin (1/12).
Selain soal harga, tambahnya, ada beberapa kendala yang memang agak susah untuk diselesaikan, yaitu birokrasi ekspor-impor di Indonesia dan jarak antara Indonesia dan Arab Saudi yang demikian jauh. Mungkin kalau Indonesia bisa mengekspor kambing dengan kapal laut, membutuhkan waktu sekitar 3 minggu atau satu bulan baru sampai Arab Saudi. Sementara ekspor kambing dari Ethiopia hanya butuh waktu 4-5 hari. Dan secara georafi, harga kambing dari Ethiopia lebih murah daripada Indonesia. Solusinya, MUI menawarkan kerjasama dalam konteks “G to G” yaitu kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi mensubsidi kepada pengusaha eskpor daging Indonesia. Diharapkan kambing-kambing yang dipotong oleh jamaah haji Indonesia itu diimpor dari Indonesia, bukan dari negara lain. “Sesuai dengan nama ta’awun atau kerjasama. Mana kira-kira rerefensi kerjasamanya. Sehingga para pengusaha Indonesia mendapatkan keuntungan dari ekspor-impor kambing proyek IDB ini,” ujarnya.
Muhyiddin memaparkan, sejauh ini kerjasama belum terjalin, karena memang Indonesia belum bergabung dengan IDB dalam memanfaatkan proyek IDB. Selama ini menyembelih kambingnya secara individu, sehingga daging kambing DAM Jamaah haji Indonesia banyak terbuang. Bila Indonesia kerjasama dengan IDB, maka daging kambing DAM 220 ribu jamaah haji Indonesia itu akan dikirim ke pelabuhan di Indonesia dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.
Kembali ia menegaskan, bahwa daging kambing yang dijual dalam proyek IDB ini terdiri dari daging kambing murni seberat 10 kg, tidak termasuk kepala, kaki dan tulangnya. Sehingga bisa diumpamakan, 220 ribu jamaah haji Indonesia dikali 10 kg daging, jumlahnya mencapai ton-tonan. Daging ini oleh IDB akan dikirim ke pelabuhan Indonesia, kemudian akan disalurkan ke wilayah-wilayah yang mengalami krisis pangan atau bencana alam. “ Jadi ada nilai ekonomi bagi peternak kambing Indonesia, dan dagingnya bisa dinikmati umat Islam,” pungkasnya.

