Perekonomian Indonesia Perlu Momentum Untuk Bangkit

[sc name="adsensepostbottom"]

Indonesia memerlukan momentum investasi dan ekspor yang kuat agar tumbuh pesat. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Ekonom Bank Dunia di Indonesia, Ndiame Diop, beberapa waktu lalu.

sukuk2Menurut Diop, pada kuartal tiga lalu Indonesia kehilangan momentum pada investasi dan ekspor. “Investasi yang melemah dan ekspor yang menurun membuat pertumbuhan produk domestik bruto melambat, walau konsumsi domestik tetap kuat,” kata Diop.

Diop menuturkan agar pemerintah Indonesia bisa menyeimbangkan pertumbuhan investasi dengan ekspor. Jika hanya investasi tanpa ekspor, lanjutnya, maka tidak akan membuat perekonomian tumbuh. Ia pun memperkirakan ekspor pada 2015 bisa tumbuh sekitar 3,6 persen. “Agar bisa lebih maju Indonesia harus memperkuat investasi dan ekspor,” katanya.

Salah satu langkah untuk meningkatkannya adalah dengan mereformasi kondisi domestik misalnya mengurangi biaya logistik yang tinggi hingga meningkatkan promosi wisata. “Jika melihat destinasi wisata di Indonesia itu sangat populer dan turis mudah datang. Karena itu, dengan kebijakan tepat, langkah itu bisa menjadi solusi bagi negara,” cetus Diop.

Di sisi lain, tambahnya, dengan meningkatkan cadangan devisa akan membantu mengelola terhadap eksposur eksternal. “Jadi harus meningkatkan ekspor sama seperti investasi dan meningkatkan kualitas pembiayaan eksternal,” ujar Diop. Baca: Indonesia, Tujuan Investasi Jangka Panjang

Sementara, Menteri Keuangan, Bambang P Brodjonegoro, mengakui perlambatan kinerja pertumbuhan ekonomi belakangan ini terutama disumbang oleh kondisi eksternal, tercermin pada kinerja ekspor dan impor yang masih tumbuh negatif dalam tiga kuartal terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal tiga mencapai 5.01 persen, melambat jika dibanding dua kuartal sebelumnya.

Ia menuturkan masih relatif lemahnya sisi eksternal juga tercermin pada kinerja neraca perdagangan. Meskipun telah mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu, secara kumulatif Januari – Oktober 2014, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan defisit sebesar 1.65 miliar dolar. Kendati demikian, lanjut Bambang, telah terjadi tren positif yang ditunjukkan oleh investasi langsung, baik penanaman modal asing maupun dalam negeri. “Jadi dalam jangka menengah dan panjang Indonesia memiliki potensi yang sangat besar,” katanya.

Bambang menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dengan volatilitas yang rendah, serta potensi ekonomi yang berasal dari sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar merupakan modal utama membangun kekuatan ekonomi Indonesia ke depan. “Kami percaya bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2015 dapat mencapai 5,8 persen sesuai target dalam APBN 2015,” kata Bambang. Baca: Ekonomi Syariah akan Lebih Baik Pada 2015

Hal ini, lanjutnya, terutama setelah memperhitungkan dampak positif yang akan timbul dari kebijakan realokasi anggaran subsidi BBM ke jenis pengeluaran yang lebih produktif, khususnya untuk perbaikan pada infrastruktur dasar (ketahanan pangan, maritim, perikanan, transportasi dan energi).