Menatap 2015 beragam asosiasi industri di Indonesia menyampaikan proyeksinya masing-masing mengenai kondisi di industri. Dalam Industry Market Outlook 2015 di ajang Konferensi Markplus 2015, ada 10 asosiasi yang memaparkan pandangannya. Bagaimana proyeksi 2015 menurut mereka?

Real Estate Indonesia: “Tahun 2014 agak melambat dari tahun sebelumnya tapi prediksi tahun depan pertumbuhan bisa sekitar 10 persen. Ini karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan pertumbuhan kredit 10-15 persen tahun depan dan adanya dorongan pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur sangat positif, sehingga bila itu terjadi properti punya peluang untuk bergerak. Namun ada satu hal yang diharapkan REI yaitu semoga bunga bank tidak naik dan tetap bertahan, malah kalau bisa turun. Kami punya keyakinan di tahun depan akan lebih baik lagi”. Baca juga: BI Rate 7,75%, Inflasi Tertinggi Desember
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia: “Tahun ini melambat begitu juga ketika lebaran. Hal yang dikuatirkan pada 2015 di semester pertama pada Januari-Juni akan melambat. Namun, kami berharap pas lebaran naik dan diperkirakan pada kuartal empat akan turun. Untuk tahun depan kami berharap ada kejutan dari pemerintah di kuartal pertama, karena yang menjadi tantangan bagi kami adalah biaya tenaga kerja, listrik, dan sewa real estate yang sekarang mahal. Saat ini kami sendiri sedang berlomba menciptakan toko yang bisa membeerikan pengurangan biaya. Sementara, untuk prinsip pemasaran mengarah ke loyalty marketing. Indonesia punya potensi ritel yang besar, tapi masih ada kendala di suplai chain, dua tahun ini harap bisa bertahan dan mudah-mudahan sudah bisa mulai tumbuh lagi di 2016. Di tahun ini pertumbuhan ritel tradisional sebesar nol persen, dan ritel modern empat persen.”
Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia: “Di dunia komputer kami melihat penurunan, namun kebutuhan komputer sudah menjadi mendesak saat ini dan di masa mendatang. Jadi kami berharap tahun depan sedikitnya bisa tumbuh 10 persen sampai 18 persen. Produk konsumer yang akan take place tahun depan adalah all in PC, transformasi dari desktop PC.”
Asosiasi Industri Teknologi Informasi Indonesia: “Untuk proyeksi 2015 pada bisnis ICT akan tumbuh 20 persen, dimana pertumbuhan masih terjadi dari segi unit. Tahun depan di Indonesia minimal akan terjual 40 juta smartphone. Sekarang terjual 33-34 juta smartphone dengan harga mulai dari Rp 1,8 juta sampai Rp 5-6 juta. Di tahun depan kami juga memperkirakan akan ada sekitar 100 juta device yang bisa akses ke internet. Tahun ini ada 75 juta yang mengakses ke internet. Sementara pertumbuhan desktop dan notebook akan stagnan. Namun untuk aplikasi akan tumbuh lebih dari 100 persen, makanya banyak kaum muda Indonesia yang berusia 20-30 tahun menangkap pasar aplikasi. E-retailer juga masih tetap akan tumbuh.”
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia: “Penjualan kendaraan roda empat tahun ini sama dengan tahun lalu sekitar 1.2 juta unit kendaraan. Data sampai November 2014 sudah mencapai 1,1 juta unit dan kami berharap di sisa tahun ini bisa bertambah 100 ribu unit. Prediksi di tahun depan sama dengan tahun ini. Mengapa sama? Ada beberapa faktor yang memengaruhi seperti kenaikan tarif dasar listrik, upah minimum regional, suku bunga perbankan, ditambah lagi nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah menguat. Tahun depan prediksinya masih sama mudah-mudahan bisa menjual 1,2 juta unit karena pertumbuhan ekonomi juga diperkirakan akan sekitar 5-5,1 persen.”
Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional: “Prediksi pertumbuhan ekonomi 2015 sekitar 5,5 persen itu bagus karena pada 2009-2012 kita sudah dapat bonus pertumbuhan naik 20-30 persen. Jadi kalau target pertumbuhan naik 15 persen itu wajar ditengah kondisi global yang juga sedang tidak bagus. Nilai tukar rupiah terhadap dolar di tahun depan bisa antara Rp 12 ribu sampai Rp 12.700 sampai semester pertama. Ini karena The Fed (bank sentral Amerika) paling lambat mengeluarkan kebijakan pada Juli 2015, tetapi setelah Juli kondisi akan lebih aman. Pada semester satu harus lebih konservatif karena masih ada ketidakpastian. Sementara, di sisi impor Indonesia masih mengimpor 70 persen barang-barangnya.
Di lain pihak kredit bank tumbuh konservatif 15 persen, dan tahun depan utang luar negeri masih meningkat karena pembiayaan luar negeri dianggap murah. Namun di sini ada risiko nilai tukar dan kita harus berhati-hati karena baru 35 persen perusahaan yang melakukan hedging, sementara 65 persen belum hedging. Untuk inflasi masih tinggi sampai semester satu, tapi semester dua inflasi bisa turun kembali ketika The Fed selesai menurunkan suku bunga. Oleh karena itu maka seharusnya bisa menurunkan suku bunga di semester dua, tapi semester satu suku bunga masih sekitar 7,75 persen sampai 8 persen.
Pada 2015 pemerintah terlihat akan fokus kemaritiman, dan berkaitan dengan industri mebel, coklat, dan karet. Sedangkan untuk sektor yang bagus di tahun depan, hampir semuanya bagus, kecuali pertanian dan pertambangan. Ini karena pertambangan wajib mengekspor barang setengah jadi dan itu membutuhkan waktu dua tahun, sedangkan pertanian produktivitas tidak banyak karena tidak ada penambahan lahan, tapi infrastrukturnya akan bagus karena pemerintah telah menaikkan anggaran dari Rp 200 triliun menjadi Rp 400 triliun.
Proyeksi 2015, dengan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen itu masih bagus di antara negara lain. Sementara, untuk prediksi harga minyak akan turun masih di kisaran 60 dolar. Sekarang ini Indonesia ekspor minyak lebih kecil dari impor, jadi kalau harga minyak lebih rendah akan menekan inflasi. Di sisi lain, harga komoditas juga belum akan naik tahun depan. Namun tren ke depannya ini akan naik karena jumlah orang semakin banyak di dunia ini, tapi sumber daya komoditas semakin sedikit.”
Bursa Efek Indonesia: “Tahun depan diperkirakan ada penambahan 32 emiten baru. Di tahun ini ada 24 emiten. Tahun depan lebih optimis karena tahun ini banyak agenda besar yang terjadi sehingga banyak pengusaha menunggu momentum keputusan untuk menjual saham di bursa. Tahun depan akan meningkat karena sudah lebih pasti dan arah pembangunan lebih jelas. Nilai kapitalisasi sekarang diatas Rp 5000 triliun dan di Asia Tenggara Indonesia ada di ranking tiga, setelah Singapura dan Malaysia.” Baca juga: Sentimen Masyarakat Terhadap Investasi Meningkat
Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia: “Tahun ini kami tumbuh sembilan persen, namun tahun depan turun sedikit karena beralihnya dari voice ke data. Volume data diperkirakan tumbuh 50 persen. Tahun depan orang yang terinterkoneksi dengan internet perkiraannya mencapai hampir 100 juta, dua pertiganya terkoneksi dengan smartphone. Di tahun depan service berbasis video juga akan menjadi menarik.”
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia: “Tutup tahun ini prediksinya tumbuh tujuh persen di value, sementara volume turun karena ada pricing risk pelemahan rupiah. Ini karena banyak bahan industri yang masih impor. Menutup tahun ini nilainya diperkirakan mencapai Rp 1000 triliun, sedangkan di tahun depan tidak berani terlalu optimis dengan pertumbuhan 8 persen atau bertambah sekitar Rp 80 triliun. Usaha makanan dan minuman di Indonesia sangat prospektif. Produksi mi instan bisa mencapai 12 miliar bungkus dan air minum dalam kemasan 12 miliar liter. Investasi di industri makanan-minuman di tahun ini mencapai Rp 50 triliun tahun, naik dari tahun sebelumnya yang Rp 40 triliun. Namun sekitar 60 persen investasi itu adalah penanaman modal asing. Pihak asing sangat percaya diri investasi di Indonesia, padahal seharusnya kita bisa investasi yang lebih karena kita yang lebih tahu pasar.”
Asosiasi Sepeda Motor Indonesia: “Penjualan saat ini mencapai 7,3 juta tahun ini dan di bulan Desember ini mudah-mudahan bisa mencapai delapan juta unit, atau tumbuh dua persen sesuai dengan ekspektasi tahun lalu di mana kami memperkirakan tahun ini tumbuh antara 0-4 persen. Tahun depan kami menargetkan sama. Namun kalau produktivitas dan kreativitas ditingkatkan dengan menawarkan hal baru ke pasar mudah-mudahan bisa tumbuh lebih lagi. Saat ini ada 85 juta unit sepeda motor di Indonesia dan AISI bisa lebih masuk ke pasar suku cadang.”

