“Sebuah asa dari pedalaman. Hanya hutan, sungai, dan rawa yang mengelilingi seluruh lahan. Bilah demi bilah papan menjadi titian harapan.”

Asmatku, Asmatmu. Dalam kesederhanaan ia bertutur. Dari lebatnya hutan, dalamnya sungai, dan indahnya matahari, ia menyapa. Mengajak siapa pun yang menjamahnya sulit untuk berpaling. Jatuh hati sejak pandangan pertama.
“Saya sangat antusias dengan pertunjukan yang kami suguhkan di Galeri Indonesia Kaya ini, dengan mengangkat budaya asli Indonesia yaitu suku Asmat dalam video dokumenter dan melengkapinya dengan musik. Saya harap penampilan kami dapat menghibur dan menambah pengetahuan para penonton yang datang menyaksikan mengenai suku Asmat,” ujar Dodid Wiijanarko.
Pertunjukan ini memiliki konsep mengabungkan video dokumenter dan pertunjukan musik yang dimainkan secara akustik. Rangkaian video dokumenter yang digarap secara apik oleh pembuat film dokumenter Dodid Wijanarko, mengantarkan setiap orang menyelami relung kehidupan Suku Asmat.
Video tersebut menceritakan kehidupan suku Asmat di ujung timur Indonesia yang tengah bergulat dengan arus waktu. Memperlihatkan kehidupan masyarakat Asmat di atas papan, rawa, sungai, dan hutan, serta membedah dunia pendidikan dan anak Asmat.
Dilengkapi pertunjukan musik akustik yang dibawakan sekelompok anak muda berbakat, yaitu Putri Soesilo, Aji Setyo, Dika Chasmala, dan Alwin, melalui gubahan lagu yang memadukan rasa etnik dalam genre musik pop, mengalun rasa menyelami keindahan alam Asmat. Memahami, tak sekadar mengetahui, keindahan budaya Asmat.
Dengan lagu – lagu yang dibawakan yang berjudul ‘Matahari’ yang merupakan sebuah lagu tradisi Asmat mengenai penghormatan kepada matahari yang dianggap sebagai pemberi kehidupan dan menjadi pusat dalam setiap sendi kehidupan suku Asmat.
Selain itu disuguhkan pula, lagu ‘Poewara’ yang mengisahkan kegiatan mendayung bersama,‘Diwi Allah’ yang merupakan gubahan lagu religi dalam bahasa Asmat dengan sentuhan pop yang menceritakan sosok ibu sang pemberi kehidupan, dan ‘Aku Asmat’ sebuah lagu karya Dodid Wijanarko yang diaransemen oleh Putri Soesilo.
“Banyaknya suku dan adat istiadat di daerah yang tersebar di Indonesia memberikan warna tersendiri bagi budaya yang kita miliki. Mengangkat suku Asmat yang harus berjuang dalam modernisasi, dan memadukannya dengan musik, tentunya membawa penikmat seni untuk ikut terhanyut dan masuk ke dalam kisah yang disajikan,” demikian tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

