Kunjungannya ini untuk melihat kondisi masyarakat yang terkena kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak.
Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengunjungi salah satu distrik di Kabupaten Asmat pada Rabu (7/2). Yaitu, distrik Siret Yausakor Kabupaten Asmat. Sebelumnya tim medis ACT yang terdiri dari dokter, perawat dan ahli gizi sudah tiba sejak Jumat (2/2).
Dalam kunjungannya, ACT didampingi Satgas TNI dan Polri melihat langsung kondisi masyarakat yang terkena kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak.
Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat dari ACT Harum Aulia Rahmawati menuturkan, untuk di distrik Siret ada empat balita yang mengalami gizi buruk dan sudah ditangani oleh pihak RSUD Agats. Selain gizi buruk dan campak, anak-anak dan orang tua disini rentan terkena penyakit polio dan malaria.
“Kami nyatakan seorang anak terkena gizi buruk karena dilihat dari tinggi dan berat badannya. Kemudian kami sesuaikan dengan zat score, apabila dia di bawah minus tiga standar defiasi, maka bisa dikatakan menyandang status gizi buruk,” jelas Rahmawati dalam rilisnya yang diterima MySharing, Kamis (8/2).
Dia menjelaskan, salah satu penyebab gizi buruk di Kabupaten Asmat adalah masalah ketersediaan pangan. Mengingat lahan di daerah ini Lumpur dan becek, sehingga sulit untuk bercocok tanam, menanam padi dan sayur-sayuran.
Selain itu, lanjut dia, masyarakat beranggapan dengan makan sagu untuk sang buah hati sudah cukup sebagai pengganti karbohidrat. “Pengetahuan masyarakat tentang gizi seimbang sangat kurang sekali. Padahal manusia itu perlu protein, saturan, buah, dan air bersih minimal 18 atau 2,5 liter sehari.
Saat ini, beberapa anak sudah dipulangkan dari RSUD Agats dan mendapatkan pendampingan lebih lanjut dari tim medis ACT yang ditugaskan di distrik Siret.
“Proses pemulihannya tergantung kondisi anak. Indikator kami berat badan. Apabila berat badan meningkat, kami sesuaikan dengan kebutuhan dan jenis makanan seperti tekstur makanan lembut. Jika meningkat lagi, kami beri tekstur agak kasar dan seterusnya,” jelas dia.
Dalam kunjungannya, ACT bersama relawan dan sejumlah ahli gizi kesehatan masyarakat meragakan cara membuat makanan bergizi. Kepala Tim Implementasi Program ACT Yusnirsyah Sirin mengungkapkan tidak terkejut dengan adanya KLB gizi buruk yang menimpa anak balita.
“Jadi mereka biasa berpergian ke hutan dan membawa keluarga. Edukasi pola hidup sehat seperti membuat makanan bergizi ini penting untuk diketahui masyarakat,” ujar sapaan akrab Yus.
Dia menjelaskan hal yang penting dilakukan oleh masyarakat Asmat yaitu menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Karena pada dasarnya masyarakat di Asmat itu tidak miskin. Untuk menanggulangi secara reguler sampai Maret kami mengirimkan tim medis dan bantuan seperti susu serta biskuit.

