Pertumbuhan DPK perbankan nasional diproyeksikanterus meningkat di tahun 2017 ini. Komposisi pemain baru (bank syariah) dan pemain lama (bank konvensional) akan terus mewarnai perkembangan perbankan di Indonesia, khususnya dalam rangka menghimpun dana masyarakat.
“Sejumlah produk ditawarkan untuk dapat menarik perhatian calon-calon nasabah maupun mempertahankan existing customer pada setiap industri perbankan di Indonesia,” demikian diungkapkan pakar ekonomi syariah – Adiwarman Karim dalam paparan Outlook Revisited On RBB yang di-publish pada Karim Award 2017 baru-baru ini di Jakarta.
Menurut Adiwarman, kepercayaan nasabah terhadap perbankan syariah, ditambah dengan jumlah populasi umat Muslim terbesar di dunia menjadi potensi besar dan sekaligus modal utama perbankan syariah di Indonesia.
“Terbukti hingga Desember 2016 jumlah DPK BUS mengalami pertumbuhan 6,45% dan diproyeksikan tumbuh 2 kali lebih besar di tahun 2017 hingga mencapai 11,67%. Dana pensiun yang dihimpun oleh sejumlah bank syariah juga ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan DPK BUS. Pendanaan di sektor property (retail) juga cukup digemari bagi sejumlah BUS karena tergolong dana mahal dimana terdapat fix income didalamnya,” papar Adiwarman.
Selain itu, lanjut Adiwarman, perbankan syariah juga ikut memainkan peranan yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor riil.
“Masuknya Bank Aceh ke dalam industri perbankan syariah sekaligus sebagai pelopor BUS milik Pemerintah Daerah yang pertama, ikut menambah pertumbuhan DPK BUS yang berasal dari dana-dana PNS yang dikelola oleh Bank Aceh. Konversi Bank NTB yang ditargetkan selesai pada tahun 2018 diproyeksikan juga akan ikut memberikan tambahan DPK bagi bank umum syariah di Indonesia,” demikian Adiwarman Karim, CEO Karim Business Consulting.

