APTISI: Praktik Politik Nasional Sudah Tidak Sehat!

[sc name="adsensepostbottom"]

Peran tokoh akademis dan nasional untuk kepemimpinan bangsa yang bermartabat dan berkadilan

Politik transaksional adalah bagian yang sulit untuk dipisahkan dari hiruk pikuk perpolitikan yang ada saat ini. Seolah telah menjadi karakter yang telah mengakar, kecenderungan politik transaksional medapatkan ruang yang luas dalam konstruksi berfikir hampir di semua lapisan masyarakat yang notabenenya selaku pemilih maupun pada segmentasi aktor politik yang notabenenya selaku “pemain” yang dipilih.

Konstruksi berfikir yang sudah mengakar tersebut bukan tanpa sebab. Ada banyak faktor yang membentuk pola fikir seperti itu di masyarakat. di antaranya adalah edukasi politik yang kurang maksimal sehingga kerap melahirkan pemimpin tidak berkompeten dalam menyejahterakan rakyat secara lahir dan batin menyebabkan masyarakat enggan berpartisipasi dan memilih tindakan pragmatis untuk mencari keuntungan sesaat dalam pesta demokrasi lima tahunan.

Momentum-momentum perpolitikan nasional maupun lokal dijadikan ajang menyuburkan praktik nilai-nilai politik yang tidak sehat ini. Seperti diketahui bersama politik transaksional sangtlah berbahaya. Selain mematikan demokrasi, politik transaksional juga dapat berpotensi melahirkan pemimpin dan politisi korup. Oleh sebab itu peran serta dari tokoh nasional dan tokoh akademis terutama, sangatlah penting dan mendesak untuk meluruskan dan meperbaiki konstruksi berfikir perpolitikan masyarakat Indonesia menuju pola berfikir yang lebih baik dalam memahami dan meaktualisasikan hak berpolitik yang dimiliki.

Mencermati hal di atas, dialog kepemimpinan nasional yang diselenggarakan ini sangatlah penting untuk menghidupkan semangat idealisme ditataran akademis untuk meluruskan Peran kampus dalam memposisikan diri dalam mengawal politik yang sehat pada setiap segmentasi masyarakat. Kampus harus melakukan kajian kritis akademis, melalui inovasi-inovasi keilmuan tentang politik yang terukur dan terarah.

Sehingga Agenda tokoh-tokoh akademis bisa dituangkan kedalam bentuk roadmap kegiatan kebangasaan secara inovatif melalui kajian ilmiah terhadap kegiatan politik Indonesia untuk mewujudkan kepemimpinan yang bertanggungjawab dan berkeadilan, serta terciptanya kerukunan antar umat dalam sebuah kesatuan bangsa.

Dalam Dialog yang diadakan di Sahid Jaya Hotel, Senin (17/4) ini, dihadiri oleh pembicara-pembicara nasioanl diantaranya: Dr. Ir. H. M. Budi Djatmiko, M.Si., M.E.I. (Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI)), Dr. H. Taufan Maulamin, S.E.Ak., M.M. (Ketua Panitia. Direktur Pascasarjana Institut STIAMI, DPP APTISI Pusat), Prof. Dr. H. Mohammad Mahfud MD, S.H., S.U.(Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Ketua Mahkamah Konstitusi RI ke-2 Periode 2008-2013), H. Marzuki Alie, Ph.D.(Ketua DPR-RI Periode 2009-2014), Letjen TNI (Purn.) H. Prabowo Subianto. Peserta yang hadir Lebih dari 500 peserta yang terdiri dari: Ketua APTISI, Pengurus Pusat APTISI, Ketua Wilayah APTISI, Rektor, Pimpinan PTS dan Tokoh Nasional seluruh Indonesia,