Bank Muamalat terus menggenjot pembiayaan konsumer dengan fokus utamanya di pembiayaan KPR. Bank Muamalat pun tetap memasang target ekspansif.
Bank Muamalat menargetkan pembiayaan konsumer mencapai Rp 16,4 triliun atau naik Rp 2,2 triliun dari catatan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 14,2 triliun. Pembiayaan kepemilikan rumah diprediksi masih akan mendominasi pembiayaan konsumer, diikuti oleh pembiayaan multiguna dan pembiayaan bagi pensiunan.
Consumer Financing Division Head Bank Muamalat, Firman Sofyan mengatakan Bank Muamalat tetap memasang target ekspansif, kendati tidak seperti 2-3 tahun lalu. “Walau ada kondisi politik dan ekonomi kurang kondusif, nasabah masih tetap akan membeli rumah,” kata Firman saat Media Training Bank Muamalat, Minggu (26/1). Sampai akhir 2013 pembiayaan kepemilikan rumah (KPR) mencapai Rp 7,8 triliun.
Firman mengungkapkan pembiayaan KPR Bank Muamalat tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada kurun waktu Mei-Juni 2011 jumlah pembiayaan KPR baru sebesar Rp 2,7 trilun. Di akhir 2013 pembiayaan KPR mencapai Rp 7,8 triliun. Jumlah nasabah pun membengkak dari 18 ribu nasabah menjadi 42 ribu nasabah.
Untuk lebih meningkatkan pembiayaan KPR, Bank Muamalat pun membentuk Muamalat Consumer Center (MCC) sejak tahun 2012. MCC berlokasi di area strategis untuk dapat lebih mempercepat proses persetujuan pengajuan pembiayaan konsumer. Firman menuturkan melalui MCC proses analisa pengajuan pembiayaan yang sebelumnya dilakukan secara manual menjadi dilakukan dengan berbasis teknologi informasi. Prosesnya pun cepat, yaitu tiga hari. Di tahun 2013 MCC telah menyumbang pembiayaan KPR sebanyak Rp 675 miliar, dan di tahun ini MCC ditargetkan dapat menyumbang Rp 1 triliun. Bank Muamalat pun akan memperluas MCC di Banjarmasin dan Medan, setelah sebelumnya ada di Jakarta, Bandung, Surabaya,Yogyakarta dan Lampung.
Firman menuturkan dari total pembiayaan KPR di akhir 2013 masih didominasi oleh pembiayaan KPR dengan akad musyarakah mutanaqisah (MMQ/perpindahan kepemilikan secara bertahap) sebanyak 70 persen, sedangkan sisanya berakad murabahah. Menurutnya, sebagian besar nasabah memilih pembiayaan berakad MMQ karena uang muka minimal yang dipersyaratkan lebih rendah yaitu 20 persen, sementara jika dengan akad murabahah uang muka minimal harus 30 persen. “Dengan akad MMQ juga bisa fleksibel karena margin dievaluasi setiap dua tahun sekali dan dari awal akad properti sudah atas nama nasabah, jadi tidak ada isu legal lagi dalam perpindahan kepemilikan dari bank ke nasabah,” jelas Firman.
Selain pembiayaan KPR, Bank Muamalat juga fokus mengembangkan pembiayaan bagi pensiunan. Firman mengungkapkan belum banyak bank syariah yang menggarap pasar pensiunan, padahal potensinya cukup besar. Saat ini Bank Muamalat baru bekerja sama dengan PT Taspen yang punya anggota sebanyak 2,7 juta jiwa. Ke depannya Bank Muamalat akan menjajaki pensiunan Pertamina, Mandiri dan Asabri. Sampai akhir 2014 Bank Muamalat menargetkan pembiayaan pensiunan mencapai Rp 200 miliar. Secara total jumlah nasabah pembiayaan konsumer sebanyak 180-200 ribu nasabah di akhir 2013. Di tahun ini ditargetkan jumlah nasabah tumbuh 25 persen menjadi 250 ribu-270 ribu nasabah.

