syariah dubhai

Berkembangnya Pasar Sukuk di Uni Emirat Arab

[sc name="adsensepostbottom"]

Pasar sukuk kian berkembang di kawasan Uni Emirat Arab. Tidak hanya terbatas di Dubai, tetapi juga hingga ke Sharjah.

syariah dubhaiKamar Dagang dan Industri Dubai memperkirakan pendanaan melalui sukuk akan memegang peran penting dalam dekade berikutnya untuk pembiayaan proyek-proyek baru di Dubai. Berdasar laporan Kamar Dagang dan Industri Dubai, industri sukuk global diperkirakan menjadi salah satu segmen keuangan syariah yang memiliki potensi tumbuh pesat di kawasan Teluk.

“Penelitian kami menekankan pasar sukuk sebagai area keuangan syariah yang paling atraktif dan menarik minat pebisnis di seluruh dunia. Selain itu, sukuk juga dapat membiayai investasi di beragam sektor,” ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri Dubai, Abdul Rahman Saif Al Ghurair, dilansir dari gulf news, Selasa (2/9).

PricewaterhouseCoopers memproyeksikan pasar sukuk akan mencapai lebih dari 16 miliar dolar AS pada 2014. Saat ini jika dibandingkan dengan pasar surat utang konvensional, pasar sukuk memang masih kecil. Kendati demikian, jumlah penerbitan sukuk telah tumbuh signifikan dalam 10 tahun terakhir. Mengutip data dari Rasameel Structural Finance, Al Ghurair menyampaikan penerbitan sukuk tumbuh sekitar 47 persen per tahun pada periode 2001 hingga 2013.

Sukuk Negara Bagian Sharjah

Salah satu negara bagian di Uni Emirat Arab, Sharjah pun akan menggelar pertemuan investor pekan ini, dan selanjutnya melakukan roadshow sukuk di Asia, Timur Tengah dan Eropa. Sharjah, yang menjadi emirat terbesar ketiga di Uni Emirat Arab, berkeinginan memperluas basis investor.

“Sukuknya berdenominasi dolar AS dengan struktur ijarah, sedangkan jumlah penerbitan dan tenornya akan ditentukan nanti,” kata Direktur Pengelolaan Utang Sharjah, Tom Koczwara, dikutip dari Reuters. Sharjah menunjuk HSBC, Kuwait Finance House, National Bank of Abu Dhabi, Sharjah Islamic Bank dan Standard Chartered untuk menjadi arranger roadshow sukuk.

Melalui penawaran sukuk global akan membuat Sharjah punya diversifikasi basis pendanaan, mengurangi biaya, dan memperpanjang profil jatuh tempo utang. Sharjah memiliki utang pemerintah sebesar 1,3 miliar dolar AS yang akan jatuh tempo antara 2014 dan 2019, dan ada 133 juta dolar AS yang jatuh tempo setelah 2019. Sekitar 74 persen utang pemerintah dalam bentuk dirham, sedangkan sisanya berdenominasi dolar AS. Pemerintah Sharjah pun berencana menggunakan dana yang diperoleh dari sukuk untuk membiayai investasi prioritas, terutama yang menghasilkan return.

Surat utang pemerintah Sharjah mendapat peringkat A dari Standard & Poor’s dan A3 dari Moody’s. “Peringkat A3 dan outlook stabil untuk Sharjah terutama didukung oleh posisi fiskal dan utang pemerintah yang kuat,” kata Analis Moody’s, Steffen Dyck. Pemerintah Sharjah mencatat defisit fiskal yang kecil yaitu antara satu sampai dua persen dari produk domestik bruto sejak 2008. Pada tahun lalu, defisit anggaran meningkat dari 233,9 juta dolar AS menjadi 270,7 juta dolar AS.

Dengan populasi penduduk di bawah 1 juta jiwa, Sharjah kini mulai mengembangkan pariwisata dan industri manufaktur. Penerbitan surat utang di kawasan Teluk telah menarik banyak perhatian investor internasional karena ketidakstabilan di emerging market. Terakhir kalinya Dubai menerbitkan sukuk bertenor 15 tahun sejumlah 750 juta dolar AS pada April 2014, dan mampu menarik permintaan investor hingga 2,3 miliar dolar AS.