Busana Muslim Tak Ikuti Tren, Tapi Timeless

[sc name="adsensepostbottom"]

Sudah bukan eranya lagi mengikuti tren. Busana muslim memiliki ciri khas tersendiri yang tak lekang oleh waktu.

Desainer Tahir Sultan (kedua kanan) memaparkan penjelasannya di Talkshow Islamic Fashion & Design Council di Jakarta Fashion Week.
Desainer Tahir Sultan (kedua kanan) memaparkan penjelasannya di Talkshow Islamic Fashion & Design Council di Jakarta Fashion Week.

Desainer Tahir Sultan, mengatakan sekarang eranya interaktif, dimana setiap orang bisa mencari dan mendapatkan apa yang mereka mau melalui internet. Hal itu pun mengubah seluruh peta interaksi. “Jadi tidak harus mengikuti tren karena kita jadi punya banyak beragam pilihan. Pembicaraan soal tren ini-itu, saat ini mulai memudar. Sekarang fesyen mulai timeless (tak lekang oleh waktu),” katanya dalam Talkshow Islamic Fashion & Design Council di Jakarta Fashion Week, Rabu (28/10).

Tahir memaparkan ketika berhubungan dengan kaum muda muslim, mereka tetap ingin terlihat bergaya, timeless dan memperlihatkan kepribadian mereka. Busana pun dapat menggambarkan pembawaan seseorang. “Ini menantang saya untuk memberikan dengan apa yang anda punya. Negara muslim punya beragam warna yang bisa dibawa ke karya para desainer,” cetus Tahir.

Sementara Founder dan Chief Executive Officer Islamic Fashion & Design Council Alia Khan, mengutarakan cara konsumen busana muslim berpakaian telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. “Jadi tidak hanya berdasar tren. Di sini desainer punya kesempatan banyak untuk berkarya,” ujarnya.

Ia mengungkapkan busana muslim kini lebih cenderung ke arah gaya individual, karena sudah tidak mengikuti tren yang ada. “Melalui busana yang dipakainya, konsumen busana muslim ingin mengungkapkan diri, menunjukkan kepribadian mereka dan menunjukkan parameter terhadap apa yang mereka ingin pakai,” kata Alia.

Pada 2012 kebutuhan muslim dunia untuk pakaian mencapai 224 miliar dolar AS, atau sebesar 10,6 persen dari kebutuhan pakaian dunia. Di tahun 2018 diperkirakan nilainya meningkat. Proyeksinya nilai bisnis pakaian bagi muslim di seluruh dunia akan mencapai 322 miliar dolar, atau sekitar 11,5 persen dari kebutuhan dunia.