Galeri Indonesia Kaya bersama Bengkel Tari Ayu Bulan mempersembahkan pertunjukan tari bertajuk Satua Calon Arang di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta (23/8/2015).

Pertunjukan ini merupakan bagian dari rangkaian acara “Alkisah”, sebuah pameran fotografi yang mengangkat 17 cerita rakyat Indonesia yang dipersembahkan oleh Rio Photography, didukung oleh seratus artis dan pekerja seni terkenal di Indonesia.
“Bengkel Tari Ayu Bulan mempersembahkan sebuah pertunjukan tari yang merupakan rangkaian dari pameran foto Alkisah. Mereka membawakan salah satu cerita rakyat yang mungkin jarang terdengar di telinga kita yaitu, Calon Arang. Dengan pertunjukan ini, masyarakat terutama para penikmat seni yang hadir hari ini dapat termotivasi untuk lebih mengenal cerita rakyat Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Calon Arang merupakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari Bali. Mengisahkan tentang seorang janda legendaris dari daerah Jirah di Kediri, pada masa pemerintahan Airlangga. Calon Arang adalah seorang wanita yang penuh dengan misteri dan kontroversi, ia menguasai ilmu kebathinan putih maupun hitam sehingga ia sangat dikagumi tetapi juga ditakuti. Dalam ritual penolak bala di Bali melalui “Tari Keris” yang dibawakan oleh Bengkel Tari Ayu Bulan, ia digambarkan sebagai kekuatan “jahat dan hitam”.
Pementasan Satua Calon Arang yang berlangsung selama 45 menit ini mengkisahkan peperangan antara Calon Arang yang ditakuti, dengan para pendamping Raja Airlangga yaitu Empu Baradah dan Empu Bahula. Tidak sepenuhnya sesuatu yang putih selalu dikatakan baik dan yang hitam dikatakan buruk, bahkan dalam hitam ada putih dan dalam putih ada hitam.
Kenyataannya, Calon Arang adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang serta seseorang yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, sementara pihak Airlangga menggunakan akal licik untuk mencuri ilmu Calon Arang. Dasar pikiran pementasan ini adalah filsafat “rua bhineda”, bahwa di alam ini selalu ada dua yang berlawanan seperti malam siang, baik buruk, tinggi rendah, besar kecil dan seterusnya.
“Pertunjukan ini merupakan salah satu upaya untuk tetap mempertahankan eksistensi cerita rakyat Indonesia. Semoga tidak hanya sampai disini saja, tapi dapat memicu kita para generasi muda untuk melestarikan cerita rakyat Indonesia. Saya harap generasi muda Indonesia terus bangga dan turut mempertahankan kebudayaan Indonesia,” ujar Bulantrisna Djelantik, pendiri Bengkel Tari Ayu Bulan.
Bengkel Tari Ayu Bulan adalah sebuah komunitas tari yang kegiatannya berfokus pada konservasi tari Bali, khususnya tari Legong. Didirikan oleh Dr. Ayu Bulantrisna Djelantik, kelompok yang berdiri pada tahun 1994 ini bersama dengan seluruh anggotanya saling belajar dan terus memadukan koreografi-koreografi asli Legong serta tarian Bali lainnya, untuk diperkenalkan kepada masyarakat lokal dan global.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, Bengkel Tari Ayu Bulan terus berusaha menampilkan karya tradisi yang berkolaborasi dengan berbagai disiplin seni lain sehingga memperluas jaringan kros-kultural yang menjadi kunci penting dalam perkembangan kebudayaan saat ini.

