Edisi Perdana Vogue Arabia Tuai Kontroversi

[sc name="adsensepostbottom"]

Vogue Arabia diterbitkan dalam dua bahasa, yaitu Arab dan Inggris.

Majalah fesyen Vogue hadir di Timur Tengah melalui Vogue Arabia. Namun, edisi perdananya sudah memicu perdebatan terkait pemilihan model di sampul depan majalah yang menjadi acuan fesyen dunia ini. Model yang tengah menjadi pusat kontroversi adalah Gigi Hadid.

Edisi Vogue Arabia bulan Maret 2017 menampilkan model Gigi Hadid, yang memiliki darah Palestina, mengenakan hijab penuh hiasan dalam foto hitam putih. Di halaman dalam, Hadid pun difoto dengan memakai kerudung penuh warna yang menyerupai hijab.

Namun, di media sosial muncul beragam opini yang mempertanyakan keputusan editorial Vogue terkait pemilihan Hadid sebagai model sampul depan majalah. Beberapa diantaranya ingin mengetahui alasan Vogue meminta Hadid, yang bukan Muslim, untuk mengenakan hijab.

Kendati banyak pertanyaan yang mengemuka terkait sampul depan majalah fesyen premium ini, Pemimpin Redaksi Vogue Arabia Deena Aljuhani Abdulaziz tetap pada keputusannya. “Tidak ada yang lebih baik menjadi ‘wajah’ Vogue Arabia selain Gigi, model yang menegaskan kewirausahaan masa depan dan generasi dinamis,” ujarnya dilansir dari Vocativ, Senin (6/3).

Dalam sebuah wawancara dengan Vogue UK, Abdulaziz menjelaskan bahwa Vogue Arabia akan tetap menghormati nilai Islam tradisional. Namun, ia akan juga menggabungkannya dengan fesyen yang aspiratif dan label fesyen Barat dengan desainer Arab, seperti Reem Al Kanhal.

Majalah fesyen premium ini menjadi majalah pertama di Timur Tengah yang akan diterbitkan dalam dua bahasa, yaitu Arab dan Inggris. Kantor pusatnya berlokasi di Dubai dan akan didistribusikan ke seluruh kawasan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Uni Emirat Arab.