Ekonomi Global Belum Pulih, Saatnya Indonesia Ambil Peluang

[sc name="adsensepostbottom"]

Kondisi ekonomi global yang belum pulih membuka peluang besar bagi pengembangan industri keuangan syariah Indonesia.

globalislamicfinance-300x200Direktur Utama BNI Syariah Imam Teguh Saptono mengatakan, dalam tiga tahun terakhir pangsa pasar perbankan syariah masih di kisaran 4-5 persen. Hal itu pun menjadi penyadaran bagi pelaku industri bahwa strategi dan struktur eksisting belum cukup untuk membawa perbankan syariah Indonesia keluar dari jebakan pangsa lima persen.

Di lain pihak, kondisi ekonomi global pun masih belum pulih seutuhnya. Pasar Eropa memberikan suku bunga yang negatif, sedangkan Amerika memberlakukan kebijakan bunga nol persen. “Maka ini waktunya Indonesia untuk mengambil peluang tersebut, untuk mendapat sumber dana dari negara lain untuk membiayai infrastruktur di Indonesia,” tukasnya dalam IFN Asia Forum 2016, Rabu (6/4).

Ia pun menyambut baik kehadiran Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) akan terlibat lebih jauh dalam mengembangkan keuangan syariah karena sebelumnya pemerintah sangat terbatas untuk mendukung keuangan syariah di Indonesia. “Ini waktunya bagi kita untuk melakukan terobosan,” cetus Imam.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil menuturkan, pemerintah menyadari untuk membuka potensi keuangan syariah, salah satu langkahnya adalah dengan tidak membuat regulasi yang menghambat investasi, sehingga membuat investor menghadapi kesulitan untuk melakukan bisnis. “Karena itu pemerintah berupaya kuat menekankan pada deregulasi dan bagaimana meningkatkan kemudahan melakukan bisnis di Indonesia,” katanya.

Ia melanjutkan saat ini pemerintah berupaya memberikan insentif dan berkomitmen untuk mencari solusi yang menghambat sektor swasta. “Dalam dua bulan KNKS terbentuk dan setelah itu semua praktisi akan diundang untuk mendiskusikan hal terbaik yang perlu dilakukan untuk keuangan syariah,” jelas Sofyan.

Sementara, Chief Executive Officer & Executive Director CIMB Islamic Bank Rafe Haneef mengatakan, pemerintah Indonesia telah menjadi penerbit sukuk reguler di pasar sukuk global. Pada penerbitan sukuk global pada bulan lalu, pemerintah Indonesia menyerap sukuk global sebesar 2,5 miliar dolar dan mencatat tiga kali oversubscribe.

“Itu penerbitan yang fenomenal dengan 120 investor yang membeli sukuk bertenor lima tahun dan 240 investor yang membeli sukuk bertenor 10 tahun. Pricingnya juga ketat. Sementara, permintaan sukuk juga besar terbukti dari sukuk global pemerintah RI dan Garuda Indonesia yang sukses menerbitkan sukuk dengan tenor berbeda,” ungkapnya.