Ekspor Indonesia Akan Beralih ke Tekstil

Jenis ekspor Indonesia dalam jangka panjang tidak lagi akan didominasi oleh bahan mentah dan komoditi yang kurang bersaing. HSBC memproyeksikan pada jangka panjang ekspor Indonesia akan didominasi oleh komoditi bernilai tinggi dan mulai mengarah pada ekspor tekstil garmen, apparel dan chemical.

HSBC
(ki-ka): Head of Global Trade and Receivable Finance HSBC, Nirmala Salli; Managing Director of Global Market HSBC, Ali Setiawan; dan SVP External Communications HSBC, Mutiara Asmara.

Head of Global Trade and Receivable Finance HSBC Indonesia, Nirmala Salli, mengatakan dalam 2-3 tahun terakhir ekspor tekstil Indonesia tidak begitu tumbuh pesat karena negara tujuan ekspor di Eropa dan Amerika Serikat mengalami krisis. Namun seiring dengan kondisi ekonomi Eropa dan Amerika yang sudah mulai membaik, diproyeksikan ekspor tekstil akan kembali naik. “Indonesia akan fokus pada ekspor high value added product. Untuk ekspor yang manufaktur seperti garmen dan tekstil jadi jangka panjang karena kita punya jumlah buruh yang banyak dan biaya upahnya mulai lebih murah dari Cina,” jelas Nirmala, dalam pemaparan HSBC Global Connections Report dan Indonesia Economic Outlook 2014, Kamis (20/3). Dengan demikian, para investor akan mulai melirik produk manufaktur Indonesia.

Faktor pendukung lainnya adalah kebijakan pemerintah yang mengharuskan perusahaan tambang untuk membuat smelter agar menghasilkan komoditi ekspor yang bernilai tinggi diperkirakan masih membutuhkan waktu lama. Pasalnya investasi smelter membutuhkan dana besar, yaitu sekitar 2 miliar dolar AS. Selain itu, lanjut Nirmala, Indonesia juga memiliki pasar lokal yang kuat dengan jumlah penduduk yang cukup besar.

Di tahun lalu ekspor Indonesia memang mengalami penurunan sebesar 4 persen dibanding tahun 2012. Hal itu dikarenakan primadona ekspor Indonesia, yaitu batubara dan crude palm oil mengalami penurunan harga cukup signifikan, sehingga terjadilah defisit neraca perdagangan. Namun ke depan ekspor akan tetap tumbuh walau ekonomi global belum pulih. “Pertumbuhan ekonomi dan kelas menengah yang pesat di Cina dan India membantu tumbuhnya permintaan ekspor dari Indonesia. Ke depan Cina dan India menjadi tujuan utama ekspor dan dalam 3-5 tahun ke depan negara tujuan ekspor banyak ke Jepang,” ungkap Nirmala.

Managing Director of Global Market HSBC Indonesia, Ali Setiawan, menambahkan jalinan kerjasama antara Jepang dan Indonesia kini semakin erat, terlhat dari sinergi pada sejumlah proyek infrastruktur. “Investor Jepang sangat bullish untuk investasi jangka panjang seperti di infrastruktur karena melihat sudah mulai ada keseriusan pemimpin untuk menjalani proyek, misalnya seperti proyek MRT yang sudah lama tertunda akhirnya jalan,” jelas Ali.