Tak hanya faktor ekonomi global yang harus diperhatikan terkait mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air, faktor dalam negeri juga harus diamati.

Kedua, penerbitan surat berharga negara untuk membiayai defisit APBN. Untuk pasar obligasi Indonesia ini, asing masih terus masuk karena return yang ditawarkan masih menarik. “Dengan melihat perkembangan sekarang juga otoritas seirama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperdalam pasar keuangan,” imbuhnya.
Ketiga, terkait prospek suku bunga. Menurut Destry, saat ini BI belum menurunkan suku bunga acuan (BI rate) karena BI masih mengantisipasi ke depan akan ada tekanan terkait perubahan pada Fed fund rate. “Ini mempengaruhi pasar suku bunga utamanya pasar obligasi. Namun, walau Amerika menaikkan suku bunga 0,5 persen semestinya kita tak usah kuatir karena spreadnya sudah jauh sekali,” tukasnya.
Ia menambahkan langkah yang dilakukan oleh BI untuk memperdalam sektor keuangan merupakan langkah tepat karena pasar keuangan Indonesia memang harus diperdalam dan diperluas. “Karena untuk currency pasti jadi bulan-bulanan kalau kondisi global sedang buruk,” ujar Destry.
Kendati demikian, ia memperkirakan ke depan perekonomian Indonesia juga semakin membaik. “Jadi dalam jangka menengah tidak perlu kuatir sepanjang pemerintah bisa menunjukkan pembangunan dan risiko domestik bisa dikelola mestinya bisa memberikan suatu return yang relatif menarik dibanding kalau ditaruh dalam dolar,” pungkas Destry.

