Sudah banyak sineas Indonesia yang memproduksi film, namun pemerintah dinilai masih kurang mendukung industri perfilman.

Menurutnya, negara-negara seperti Cina, Jepang, Korea Selatan dan Malaysia sangat protektif terhadap film produksi negeri sendiri. Sementara, di Indonesia fasilitas yang mendukung industri perfilman pun belum memadai. “Bangun juga dong bioskop untuk rakyat karena di kota-kota kecil juga butuh itu,” ujar Aryanto. Baca: Animator Indonesia Masih Minim
MSV Pictures yang memproduksi film animasi 2D Battle of Surabaya pun berharap film tersebut dapat didistribusikan ke sekolah-sekolah sebagai bagian dari pelajaran sejarah. Namun, hingga saat ini belum ada tindak lanjut terkait hal itu. “Sebenarnya ingin yang seperti itu (distribusi ke sekolah), tapi pemerintah sepertinya lagi sibuk mengurus Pilkada (pemilihan kepala daerah). Badan Ekonomi Kreatif juga belum berpengaruh terhadap industri film,” sindir Aryanto.
Film Battle of Surabaya yang tayang di bioskop di Indonesia pada Agustus lalu diangkat dari adaptasi peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Aryanto menilai peristiwa 10 November 1945 di Surabaya merupakan cikal bakal perjuangan bangsa Indonesia. “Pertempuran itu yang kemudian mengubah strategi Belanda dari perang fisik menjadi diplomatik,” tukasnya. Baca: Potensi Animasi Indonesia Menjanjikan
Menurut Aryanto, peperangan pada 10 November melibatkan banyak warga Indonesia dan menelan korban sampai puluhan ribu. Beritanya pun tersiar hingga ke Eropa. “Pertempuran 10 November memakan banyak korban setelah Perang Dunia II. Generasi sekarang harus tahu bangsanya adalah bangsa pemberani demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.

