Untuk memasuki pasar Muslim seperti Indonesia, tak kurang dari USD 1 Juta diinvestasikan Guinnes untuk membuat Guinness Zero, bir halal.

“Kami sudah punya rencana untuk memasuki pasar bir nonalkohol,” kata Graeme Harlow, Managing Director Diageo, produsen bir Guinness sebagaimana dilansir dari Financial Times, Rabu (6/1). Setelah Indonesia melarang minuman beralkohol dijual bebas, antara lain karena kehalalal, rencana ini menjadi lebih penting untuk diterapkan, menurut Harlow.
Diageo yang berbasis di Inggris menguasai sekitar 15% pasar bir di Indonesia. Sampai 2015, masih menjadi pasar terbesar kelima di dunia untuk Guinness dengan penjualan tahunan sekitar 400.000 hektoliter.
Sejak larangan penjualan bebas minuman beralkohol keluar pada 2015, penjualan Guinness di Indonesia jatuh 40 persen (YoY). Penjualan berkurang dari sekitar 70.000 menjadi 40.000 hektoliter. Untuk Asia Tenggara, Guinness melaporkan penurunan penjualan bersih hingga 28%.
Bir halal Guinness Zero, dipasarkan dengan tagline, “Rasa berani, Nol Alkohol”. “Ditujukan untuk banyak konsumen yang sama dengan Guinness biasa, misalnya pria yang mencari rasa “maskulinitas”. Minum bir, namun menghindari alkohol, yang oleh masyarakat, minum alkohol dianggap tabu”, kata Harlow menjelaskan.
Guinnesss bersikeras ingin menjadi bir terkemuka di pasar Indonesia. Sementara, saingan terbesar bir Guinness yaitu bir Multi Bintang telah lebih dulu masuk ke pasar lokal dengan bir halal . Multi Bintang, kini sahamnya, mayoritas dimiliki oleh bir Heineken asal Belanda. Heineken sendiri telah memiliki versi bebas alkoholnya.
Produsen asal Inggris ini bertujuan menangkap 10% dari 150.000 hektoliter pasar bir non-alkohol di Indonesia dalam waktu dua tahun.
Namun, memproduksi bir tanpa alkohol ada hambatannya juga. Hambatan terbesar adalah biaya produksi yang tinggi untuk menambah sistem produksi dari alkohol ke non alkohol. Sudah begitu, bir halal ini dijual setengah harga dari bir Guinness biasa.
Diageo mengimpor bir Guinness Zero dari Irlandia dengan membayar sekitar 10% pajak dan biaya transportasi yang mahal. Sampai akhirnya mereka membuka fasilitas produksi di pulau Bali dalam beberapa bulan terakhir.
[bctt tweet=”Sejak minuman beralkohol dilarang dijual bebas, penjualan Guinness di Indonesia jatuh 40% #Halal”]

