Anggota Islamic Development Bank (IDB) kini berjumlah 57 negara.

Guyana menerima surat resmi dari IDB terkait keanggotaannya pada 22 Maret 2016. Dalam pernyataan resminya, Kementerian Keuangan Guyana menuturkan, keanggotaan negara tersebut akan membantu agenda pembiayaan pemerintah secara signifikan bagi pengembangan sumber daya manusia, pedesaan, ketahanan pangan dan proyek infrastruktur. Selain itu, juga akan membuka peluang besar bagi pengembangan sektor swasta dan transaksi perdagangan dengan negara anggota IDB lainnya.
Dilansir dari Islamic Finance News, Senin (4/4), Guyana telah mencoba untuk bergabung menjadi anggota IDB sejak 18 tahun lalu. Kesuksesan pemerintah Guyana di tahun ini tak terlepas dari kunjungan Presiden Guyana David Granger ke Jeddah pada November 2015 silam. Granger menekankan komitmennya untuk membangun hubungan politik dan ekonomi dengan negara-negara Muslim dan Arab.
Aktivitas ekonomi utama Guyana adalah di sektor pertanian dan sumber daya alam, seperti pertambangan bauksit, emas, kayu dan mineral. Berdasar data Bank Dunia, walaupun memiliki sumber daya alam yang melimpah, Guyana masih termasuk dalam negara berpendapatan rendah dengan pendapatan per kapita sebesar 4.053 dolar AS.
Kendati keuangan syariah dan IDB telah memiliki eksistensi yang kuat di Timur Tengah, Asia dan Afrika, kehadiran institusi tersebut di Amerika Selatan masih terbilang sangat kecil. Sebelum Guyana bergabung, hanya Suriname, anggota IDB sejak 1997, yang mengembangkan keuangan syariah. Suriname tercatat memiliki saham di IDB sebesar 0,02 persen.

