Berkali-kali jatuhnya mata uang kertas rupiah seharusnya memberi pelajaran bagi Pemerintah Indonesia untuk bisa segera mengambil langkah solusi. Dinar emas mungkinkah menjadi solusi yang tepat?

Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) – Muhammad Ismail Yusanto menegaskan, bahwa Pemerintah Indonesia seharusnya mengambil pelajaran dari hancur leburnya nilai mata uang rupiah saat ini terhadap dollar AS yang membuat ekonomi bangsa ini menjadi terganggu.
“Yang sekarang terjadi, bukan pertama kali saja, namun sudah sering. 2008 pernah terjadi, dan 1998 paling parah. Artinya secara faktual sudah lebih dari cukup bukti-bukti yang menunjukkan bahwa dengan sistem moneter ala kapitalis yang dibangun diatas dua pilar, yaitu pilar ribawi dan pilar mata uang kertas, itu sebenarnya sangat rapuh,” tegas Ismail kepada MySharing,Kamis, (13/8) di Jakarta.
Karena itu, Ismail mempertanyakan, sampai kapan bangsa Indonesia masih akan terus seperti ini, yaitu membiarkan dirinya terpuruk dengan mata uang kertasnya yang sangat rentan terhadap gejolak moneter di luar.
“Ini mau sampai kapan? Mau berapa kali lagi kita dihajar problem moneter seperti sekarang? Sampai kapan kita untuk sampai kapok, lalu mencari solusi,” lanjut Ismail mempertanyakan.
Menurut Ismail, solusi dari problematika krisis mata uang rupiah yang membuat Indonesia selalu terpuruk, sebenarnya sudah ada, yaitu mata uang dinar emas.
“Solusi sudah ada, mata uang dinar dan dirham. Bukti sudah lebih dari cukup yang membuktikan ini adalah mata uang yang sangat tangguh. Dinar emas tidak terkena tekanan inflasi, tidak terkena devaluasi atau apresiasi mata uang lain. Karena kalau harga barang-barang naik, maka harga emas juga naik. Seperti sekarang terbukti kurs dollar terhadap emas juga relatif stabil,” papar Ismail panjang lebar.
Karena itu, menurut Ismail, harus ada keberanian dari bangsa Indonesia untuk bisa melepaskan diri dari mata uang rupiah dan beralih ke dinar-dirham, sehingga bangsa ini tak lagi terus menerus mengalami dampak krisis ekonomi, akibat rentannya mata uang rupiah.
“Kita harus punya keberanian untuk tinggalkan uang kertas dan beralih ke dinar emas,” demikian tegas Ismail Yusanto – Jubir HTI.

