Menteri Perdagangan RI - Rachmat Gobel
Menteri Perdagangan RI - Rachmat Gobel

Impor BBM Turun, Sumbang Surplus Neraca Perdagangan Mei 2015

[sc name="adsensepostbottom"]

Pemerintah berhasil menekan impor BBM secara signifikan. Dampaknya, neraca perdagangan bulan Mei 2015 mengalami surplus sebesar USD 955 juta. Surplus Mei ini lebih baik dibanding surplus bulan sebelumnya yang sebesar USD 477,4 juta.

Menteri Perdagangan RI - Rachmat Gobel
Menteri Perdagangan RI – Rachmat Gobel

Total impor BBM selama bulan Mei 2015 mencapai USD 11,6 miliar atau mengalami penurunan 21,4% dibanding tahun lalu. Penurunan impor ini dipicu oleh berkurangnya permintaan impor minyak, baik mentah maupun olahannya, yang impornya masing-masing turun 54,1% dan 40,6%.

“Permintaan impor minyak yang dapat ditekan selama bulan Mei tersebut membuat surplus neraca perdagangan semakin membaik,” ujar Menteri Perdagangan R.I., Rachmat Gobel, dalam  konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta yang juga dihadiri MySharing.

Menurut Rachmat Gobel, secara kumulatif, neraca perdagangan selama Januari-Mei 2015 mengalami surplus USD 3,8 miliar. Perolehan surplus neraca perdagangan selama tahun 2015 ini disumbang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang mencapai USD 5,7 miliar.  Sedangkan neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar USD 2,0 miliar.

Mendag Rachmat Gobel lalu menjelaskan bahwa perkembangan surplus di tahun 2015 hingga bulan Mei ditopang oleh peningkatan surplus perdagangan nonmigas dan defisit migas yang semakin kecil.

Kinerja Ekspor Nonmigas Meningkat
Lebih lanjut dipaparkan Rachmat, ekspor nonmigas sepanjang Januari-Mei 2015 ke beberapa negara mitra dagang masih menunjukkan peningkatan signifikan, seperti Swiss, Tanzania, Algeria, India, Taiwan, Malaysia, dan Arab Saudi. Ekspor nonmigas ke Swiss tumbuh signifikan lebih dari 1.800%, sedangkan ekspor ke Tanzania naik sebesar 154,8%; Algeria 53,0%; Arab Saudi 21,1%; India 11,9%; Taiwan 5,1%, dan Malaysia naik 2,0%.

Bijih, kerak, dan abu logam; perhiasan; serta besi dan baja adalah beberapa produk yang menopang peningkatan ekspor non migas Indonesia ke India. Sementara itu, beberapa produk ekspor Indonesia yang naik signifikan ke pasar Malaysia adalah CPO, tembaga serta ikan dan udang. Sedangkan perhiasan, tembaga, dan timah adalah beberapa produk ekspor Indonesia yang naik signifikan selama periode Januari-Mei 2015.

Kendati demikian, selama tahun 2015 ini, ungkap Rachmat, permintaan pasar impor negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia belum memperlihatkan kondisi yang membaik. Antara lain, permintaan pasar impor Jepang mengalami penurunan sebesar 20,8% selama Januari-April 2015. Sementara itu, pasar impor RRT, Amerika Serikat, dan Singapura juga mengalami penurunan masing-masing 20,9%; 2,8%; dan 21,2%.

“Ekspor sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0,7% di mana kenaikan tertinggi terjadi pada produk perhiasan (26,9%); kopi, teh, dan rempah-rempah (26,7%); serta kayu dan barang dari kayu (7,2%). Sementara beberapa produk ekspor nonmigas, sektor industri yang turun signifikan adalah CPO (21,5%); kertas/karton (35,1%); serta besi dan baja (37,4%). Penurunan yang signifikan sebesar 11,2% juga dialami oleh ekspor sektor pertambangan, terutama pada batu bara yang turun sebesar 4,8% (YoY),” jelas Rachmat. Kendati demikian, pada periode Januari-Mei 2015, ekspor sektor industri yang merupakan sektor yang mendominasi ekspor nonmigas Indonesia mengalami penurunan sebesar 6,7% (YoY).

Impor Bahan Baku Turun
Mendag Rachmat Gobel lalu menjelaskan, bahwa total impor selama bulan Mei 2015 mengalami penurunan 7,4% dibanding bulan sebelumnya, sama halnya dengan kinerja impor secara kumulatif selama Januari hingga Mei 2015 yang mengalami penurunan sebesar 9,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

“Penurunan impor selama Januari-Mei 2015 dipicu oleh anjloknya permintaan impor migas sebesar 42,8%, yang terdiri atas penurunan impor hasil minyak sebesar 44,4%; minyak mentah sebesar 41,7%, dan gas sebesar 34,9%,” ungkap Rachmat sambil menambahkan, impor Januari-Mei 2015 sendiri masih tetap didominasi bahan baku/penolong (75,8%) yang nilainya mengalami penurunan sebesar 18,9% (YoY).

Menurut Rachmat Gobel, barang-barang yang tergolong bahan baku/penolong yang impornya turun signifikan, antara lain bahan kimia organik, biji-bijian berminyak, karet dan barang dari karet, besi dan baja, serta bubur kayu/pulp. Belum membaiknya permintaan global dan menurunnya konsumsi domestik menyebabkan industri manufaktur di dalam negeri yang bahan bakunya sebagian besar berasal dari impor mengurangi produksinya, yang selanjutnya berdampak pada pengurangan impor bahan baku/penolong tersebut.

Di sisi lain, impor barang modal juga mengalami penurunan selama Januari-Mei 2015 sebesar 14,6% (YoY) hingga pangsa impor barang modal menjadi 17,2%. Adapun barang modal yang mengalami penurunan impornya secara signifikan, antara lain mesin/pesawat mekanik; mesin/peralatan listrik; dan kendaraan bermotor. Pangsa impor barang konsumsi naik menjadi 7,2% dari total impor, namun mengalami penurunan sebesar 14,5% (YoY). Barang konsumsi yang impornya turun signifikan, antara lain kendaraan bermotor/komponen, susu, telur, mentega, dan senjata/amunisi. Demikian Mendag – Rachmat Gobel menutup paparannya.