Ketua WIEF, Tun Musa Hitam dan Sekjen WIEF, Tan Sri Fuzi Abdul Razak saat makan siang di hari ketiga WIEF ke-12, Jakarta, Kamis (4/8). Foto: WIEF Foundation

Indonesia di Mata Tun Musa Hitam

[sc name="adsensepostbottom"]

Dulu negeri yang sulit diinvestasi, sekarang tidak lagi.

“Saya membawa gelas, bukan berarti akan bicara lama”, kata Tun Musa Hitam, bercanda tentunya. Tokoh Malaysia yang juga pendiri sekaligus ketua World Islamic Economic Forum (WIEF) ini ternyata bicara lama juga. Aneh juga, karena gelas itu hanya ditaruh di podium tempat ia bicara, tidak diminum. Selesai bicara yang lebih dari 5 menit itu, Tun Musa membawa kembali air putih di dalam gelasnya.

Tun Musa Hitam mengapresiasi penyelenggaraan WIEF ke-12 tahun ini di Jakarta, Indonesia. Tepatnya d Balai Sidang Jakarta. Ia mengatakan kepada para hadiran yang hadir saat seremoni penutupan WIEF ke-12 pada Kamis (4/8), Indonesia telah banyak berubah!

“Dulu pernah ada persepsi tentang Indonesia, negara ini chaotic, demokrasi tidak berjalan dengan baik, dan susah untuk berinvestasi di sini, “ kata Tun Musa. Namun kini, “Pemerintahnya berhasil membangun Indonesia. Demokrasi tercipta. Perubahan sebuah negara dapat dilihat dari pertumbuhan kelas menengahnya. Indonesia membuktikan itu”, kata Tun Musa menambahkan.

Gelaran WIEF juga pernah diadakan di Indonesia, pada 2009 untuk WIEF ke-5. Namun, peserta tak sebanyak yang ke-12 kali ini. Apalagi, jika dibandingkan dengan gelaran WIEF perdana pada 2005 yang, “Hanya dihadiri oleh 400-500 peserta”, kata Tun Musa mengenang. Kini di Jakarta, WIEF ke-12 mendulang 4000 peserta.

“My Fellow Indonesian”, begitu Mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia ini menyapa hadirin siang itu.  Bagi Tun Musa, Indonesia adalah penting bagi kemajuan dunia Muslim.  Menurutnya, ada tiga hal yang membuat Indonesia penting bagi dunia pada umumnya dan dunia Muslim pada khususnya.

Pertama, Indonesia masuk dalam 10 negara terbesar ekonominya di dunia. Kedua, Indonesia adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dan, ketiga, bisa dibilang sekarang Indonesia termasuk negara demokrasi terbesar di dunia.

Lebih lagi, ekonomi Indonesia juga bertumpu pada usaha kecil dan menengah (UKM). Sebelumnya, pada pembukaan WIEF ke-12, Selasa (2/8), Tun Musa mengatakan, “Di Indonesia ada 60 juta UKM yang menjadi tulang punggung ekonomi dan berkontribusi bagi produk domestik bruto (PDB).  Dari sanalah, perlu digali bagaimana mengembangkan bisnis UKM ini, pembiayaannya maupun teknologinya”.

Memperkuat peran UKM dalam ekonomi, tambah Tun Musa, membantu mendesentralisasi pertumbuhan. Tidak lagi di kota-kota besar, melainkan ke desa-desa.

[bctt tweet=”Ini 3 hal yang membuat Indonesia penting bagi dunia!” username=”my_sharing”]

Oleh karena itulah, dua kali Tun Musa mengatakan, saat penutupan dan konferensi pers penutupan WIEF ke-12, gelaran WIEF memang tidak menghadirkan nama-nama besar, korporasi besar bersamanya, melainkan para UKM. Namun menurutnya hal itu tidak membuat forum ini kurang penting bagi pertumbuhan ekonomi Muslim, justeru  ekonomi kaum Muslim bukan pada korporasi-korporasi besar itu.

Komitmen Investasi USD 900 Juta
Di kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengabarkan, dari WIEF ke -12 ini dihasilkan komitmen investasi tak kurang dari USD 900 juta.  Memang tidak besar, namun menurut Sri Mulyani, “Jangan dilihat nilainya, tapi kualitasnya!”.

Forum yang memang didesain untuk meningkatkan kerjasama bisnis ini, menghasilkan 10 penandatanganan kerjasama selama gelarannya di Balai Sidang Jakarta, 2-4 Agustus 2016.

“Saya mengapresiasi MoU yang terjadi beberapa hari ini antara Indonesia, Malaysia, dan negara lainnya. Di lain kesempatan saya juga berharap lebih banyak MoU lagi dihasilkan dengan Indonesia”, kata Sri Mulyani.