Efek dari kenaikan suku bunga AS, dikhawatirkan akan memicu keluarnya arus modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Lalu bagaimanakah solusinya?

CEO Indosterling Capital – William Henley menegaskan, dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia, banyak hal yang harus diperbaiki guna menumbuhkan kembali kepercayaan investor terhadap Indonesia.
William Henley menuturkan lebih lanjut, dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diyakini masih terus menghadapi tekanan menjelang akhir semester I ini, kondisi ini sangat membebani dunia usaha yang kini juga sedang menghadapi perlambatan akibat lemahnya daya beli.
“Para pengusaha masih akan menghadapi situasi yang sulit hingga akhir Semester I ini, akibat tekanan pelemahan rupiah, dan juga melambatnya perekonomian,” jelas William Henley di Jakarta, kemarin (15/6/2015).
Menurut William Henley, tekanan para pengusaha ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan, karena masih banyaknya faktor yang membuat nilai tukar rupiah melemah. Belum adanya penyelesaian krisis Yunani, dan juga prospek kenaikan suku bunga AS akan terus menekan nilai tukar rupiah.
“Para pengusaha harus memperhitungkan dampak dari sentimen tersebut dalam kurun waktu yang lebih lama,” lanjut William Henley lagi.
Lebih lanjut dijelaskan William Henley, Bank Dunia juga sudah mengeluarkan peringatan kepada negara-negara berkembang agar mewaspadai efek dari kenaikan suku bunga AS. Kebijakan tersebut dikhawatirkan memicu keluarnya arus modal dari negara-negara berkembang. Pekan lalu, Bank Dunia juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen tahun ini dari sebelumnya 5,2 persen.
“Indonesia termasuk negara yang harus mewaspadai keluarnya arus modal. Pemerintah dan Bank Indonesia harus mulai mewaspadai kekhawatiran yang disampaikan Bank Dunia tersebut,” ujar William Henley.
Sejumlah pengusaha diketahui mulai menghitung ulang rencana investasinya untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi ini. Target-target penjualan dan juga pendapatan mulai disesuaikan.
“Mereka mau tidak mau harus melakukan revisi target dan mengkaji ulang rencana investasi sesuai dengan perkembangan perekonomian terkini, terutama berkaitan dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah,” jelas William Henley.
Karena itu, lanjut William Henley, kebijakan-kebijakan yang sifatnya membantu mendorong daya beli masyarakat akan sangat membantu dunia usaha untuk melewati masa-masa sulit seperti sekarang ini.

