Presiden Indonesia Islamic Business Forum - Hepy Trenggono
Presiden Indonesia Islamic Business Forum - Hepy Trenggono

Indonesia Islamic Business Forum Berharap MEA Ajang Kebangkitan Bangsa

[sc name="adsensepostbottom"]

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah keniscayaan yang akan diberlakukan pada akhir tahun 2015. Semua negara – negara Asean jauh jauh sebelumnya telah menyiapkan diri. Lantas bagaimana Indonesia yang merupakan potensi market terbesar diantara negara-negara Asean menyikapi MEA tersebut?

Presiden Indonesia Islamic Business Forum - Hepy Trenggono
Presiden Indonesia Islamic Business Forum – Hepy Trenggono

Terkait dengan pemberlakukan MEA tersebut Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) mengeluarkan Tiga Perintah Harian. Presiden Indonesia Islamic Business Forum – Hepy Trenggono hari ini (19/5/2015) di Jakarta, mengatakan, bahwa pemberlakukan MEA harus dilihat sebagai sesuatu yang secara utuh.

“MEA adalah sebuah inisiatif yang temanya adalah pasar yang berjumlah 600 juta jiwa. Besarnya pasar tersebut bagi IIBF merupakan kabar besar buat Malaysia, Singapura, yang ingin memperluas pasarnya. Singapura selama ini sangat terbatas lokasinya, sehingga kesulitan dalam memasarkan produknya. Begitu pula dirasakan oleh Malaysia dan Thailand. Sementara Indonesia yang memiliki pasar besar tidak dikuasai sendiri. Dari perspektif inilah IIBF melihat MEA lebih banyak mudhorotnya daripada segi manfaatnya buat Indonesia,” papar Hepy Trenggono panjang lebar.

Jadi lanjut Hepy, MEA itu sebuah pekerjaan besar bukan sebuah peluang, dan ini harus difahami. Maka dari itu, lanjut Hepy Trenggono, berbicara tentang MEA tidak ada yang mampu menjelaskan apa keuntungan Indonesia dalam MEA tersebut.

“Hal ini dikarenakan selama ini Indonesia mengurusi pasar sendiri sudah kewalahan, yang akhirnya diserbu oleh produk asing yang membabi buta. Ini sebuah fenomena yang tidak IIBF inginkan. Dan IIBF tidak memiliki pilihan untuk ikut atau tidak ikut. Sehingga IIBF harus mensikapinya dengan tindakan,” tegas Hepy Trenggono.

Menurut Hepy Trenggono, tindakan IIBF dalam mensikapi MEA adalah, pertama, meminta kepada kader-kader IIBF untuk melakukan pendekatan-pendekatan kepada komunitas atau unit-unit ekonomi seperti pemerintah daerah, pesantren, universitas agar mereka mau bangkit dan menguasai pasar yang menjadi bagian dari pada kekuasaan mereka sendiri untuk menjadi pasar captive. Kedua, IIBF ikut membantu mewujudkan produk-produk pengganti. Tentu belum bisa semuanya, tetapi bisa dimulai dari yang bisa. Ketiga, IIBF menjadi sebuah organisasi yang bisa menjadi perekat antar komunitas.

“Ketiga hal inilah yang kami sosialisasikan terhadap kader untuk menghadapi MEA, ini kami sebut sebagai: 3 perintah harian menghadapi MEA,” terang Hepy Trenggono lagi.

Adanya MEA, dipandang IIBF sebagai sebuah momentum guna menggalang kebangkitan bangsa melalui kebangkitan daerah, komunitas-komunitas, pesantren, universitas dalam membangun perekonomiannya, dengan cara mengedepankan solidaritas.

“Apalagi MEA memiliki dampak terhadap kewirausahaan, yakni, MEA masuk di saat dahulu orang yang tidak berbicara ekonomi itu berbicara ekonomi. Jadi saya sangat meyakini dengan masuknya MEA menjadi sebuah lonceng kebangkitan,” tegas Hepy Trenggono.

“Selama ini orang belum menyadari apa yang akan terjadi. Padahal di daerah ekonomi sudah sangat sulit, orang jualan sudah sangat sulit, mulai dari ukm mikro. Siapa sih yang berjaya? Hanya pemain besar saja yang berjaya, petani berguguran, peternak berguguran,” ujar Hepy Trenggono lagi mempertanyakan.

Karena itu, Hepy Trenggono mempunyai keyakinan, bahwa dengan masuknya permberlakukan MEA, maka bangsa ini harus menjadikannya momen untuk kebangkitan bangsa. Demikian Hepy Trenggono – Presiden Indonesia Islamic Business Forum.