Indonesia diharapkan bisa menjadi kiblat busana Muslim dunia pada tahun 2020.
Tekad ini diwujudkan melalui berbagai festival busana Muslim guna mendorong permintaan ekspor, salah satunya melalui Muslim Fashion Festival (MUFFEST) Indonesia 2016 yang akan diselenggarakan di Jakarta pada 25-29 Mei 2016.
Plt. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag – Tjahya Widayanti, merasa optimistis tekad tersebut dapat terwujud mengingat Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai trend setter industri mode Muslim global.
“Tren produk fesyen (termasuk busana Muslim) pada periode 2011-2015 menunjukkan nilai positif sebesar 8,15%. Sementara itu dari segi volume ekspor, terdapat peningkatan pada Januari 2016 sebesar 3,87% dibandingkan periode yang sama tahun 2015,” jelas Tjahya pada konferensi pers MUFFEST Indonesia 2016, akhir pekan lalu di Jakarta.
Menurut Tjahya, pada 2014 kinerja ekspor produk busana Muslim sebesar USD 4,63 miliar, dengan tren pertumbuhan ekspor 2,30%.
“Pada 2015, kinerja ekspor produk busana muslim berhasil menembus USD 4,57 miliar. Sedangkan pencapaian di Januari 2016 mengalami peningkatan 2,13% dibandingkan dengan Januari 2015 dari USD 366,2 juta menjadi sebesar USD 374 juta. Kami optimis, tren ini akan terus meningkat,” harap Tjahya.
Namun Tjahya juga mengakui, bahwa masih adanya kendala didalam memajukan industri busana Muslim di tanah air, guna bisa menjadi kiblat busana Muslim di dunia internasional.
“Busana muslim sebetulnya belum memiliki Kode HS yang baku. Hal ini membuat kinerja ekspor produk busana muslim dicatat berdasarkan hasil pengelompokan rekomendasi Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kemendag,” jelas Tjahja.
2015, ekspor busana Muslim menembus USD 4,57 M Click To TweetKode HS untuk produk busana dengan kriteria panjang (menutupi seluruh tubuh) dan berbahan tebal (tidak tipis), yaitu HS 6203, HS 6204, HS 6104, HS 6206, HS 6205, HS 6201, HS 6103, HS 6105, HS 6106, HS 6101, HS 6102, dan HS 6202.