Visi International Festival of Language and Culture (IFCL) atau Festival Bahasa dan Budaya International, membangun masyarakat dunia yang lebih toleran dan harmoni sangat koheren dengan semangat Universitas Paramadina.

Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah, mengakui ketertarikan ikut serta dalam International Festival of Language and Culture (IFLC) atau Festival Bahasa dan Budaya International, lantaran nilai-nilai dalam festival ini koheren dengan nilai-nilai Paramadina. “Pendiri Paramadina mengamanatkan agar kampus ini menjadi kampus peradaban. Kampus yang terbuka, kultural dan independen,” kata Firmanzah, dalam konferensi pers di Universitas Paramadina Jakarta, Kamis (9/4).
Menurutnya, visi IFCL ingin membangun masyarakat dunia yang lebih toleran dan harmoni sangat koheran dengan semangat Paramadina. Diharapkan Indonesia sebagai tuan rumah pertama kalinya IFLC, kedepannya bisa terpilih lagi dan lebih meriah serta lebih banyak negara yang ikut dalam festival ini. “Ini juga syiar kita untuk membangun peradaban yang lebih damai dan tenang,” ujarn.Baca: 20 Negara Meriahkan Festival Bahasa dan Budaya International
Ia menuturkan, selama ini di kampus Paramadina ada kajian ilmiah dan penelitian, tapi seni dan budaya juga dikembangkan. Kegiatan ekstrakulikuler yang diarahkan untuk seni budaya bertujuan membangun minat dan karakter mahasiswa. Karena, kata Firmanzah, Paramadina tidak hanya mencetak lulusan yang cakap di bidang keahlian, tapi juga lulusan yang punya kepekaan, sentibilitas dan toleransi. Itu bisa dikembangkan dengan kegiatan festival ini.
Dalam festival ini, lanjutnya, masing-masing negara akan tampil mempromosikan budayanya. Jadi semangat yang akan diangkat adalah toleransi dalam gebrakan. Dan meskipun beragam, tapi bahasa dan budaya itu sangat besar dari sisi estetika, keindahan baik nada dan tarian.
Festival ini, ingin melestarikan bahasa dan budaya dari masing-masing negara. Dan melalui ini dialog budaya itu saling mengenal dan bisa semakin berkembang. “Jadi dengan perbedaan kita tidak alergi. Kita tidak memberikan stigma ketika sesuatu itu berbeda dengan kita karena bahasa dan budaya berbeda, karena memiliki keindahan. Ada respek, toleransi dan harmoni dalam semangat perdamaian,” pungkas Firmanzah. Baca: IFLC, Satukan Dunia Dengan Bahasa dan Budaya.

