Masyarakat harus mudah mengakses layanan lembaga keuangan.
Indonesia mencatat Gini Ratio sebesar 0,397 di tahun ini. Kendati rasionya menurun jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,408 dan Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,402, angka Gini Ratio masih termasuk tinggi. Ketimpangan ekonomi masih terjadi.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan, untuk memperbaiki Gini Ratio, maka peran keuangan inklusif sangat penting. Masyarakat harus mudah mengakses layanan lembaga keuangan, termasuk untuk mendapat pembiayaan.
Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa perbankan nasional pun kini dikuasai oleh pemilik rekening diatas Rp 2 miliar. Total simpanan di Indonesia tercatat sebesar Rp 4678 triliun dari 187 juta rekening. Namun, 12 persen dari pemilik rekening menguasai 56 persen simpanan perbankan nasional.
“Akses menabung lebih sulit karena pendapatan masyarakat hampir semua dipakai konsumsi, jadi bagaimana mau menabung? Kalau mau meningkatkan kesejahteraan harus ada leverage karena kalau tidak ada modal sulit untuk menaikkan aset,” tukasnya.
Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Eni V Panggabean mengutarakan, sebagai salah satu langkah untuk mengentaskan kemiskinan adalah melalui inklusi keuangan. Pihaknya pun telah menyusun Strategi Nasional Keuangan Inklusi, bersama dengan pemerintah.
“Kami meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pengembangan UMKM yang terdiri dari pengembangan cluster, program UMKM unggulan dan wirausaha. Kami juga telah melakukan optimalisasi agen keuangan digital guna memberi jasa keuangan di seluruh pelosok Indonesia,” tandasnya.

