Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) menghimbau pemerintah jangan melihat terorisme dengan analisa kaca mata kuda. Tanpa menyelidiki siapa dibalik ISIS yang menunggangi.

Ketua Wantim MUI, Din Syamsuddin, mengatakan fenomena terorisme itu disebabkan adanya faktor ideologi radikal keagamaan. Namun, tegas dia, orang sering lupa bahwa faktor tersebut tidak luput dari upaya-upaya intervensi. Jangan melihat semata-mata ideologi keagamaan, sebagaimana berkembang dari awal sejarah Islam. Itu juga tidak luput dari faktor-faktor non teologis.
Maka itu, Din menyarankan untuk mempertimbangkan apa dibalik Al Qaedah, ISIS dan gerakan di Tanah Air ini? Karena kemungkinan ada penunggangan-penunggangan oleh kelompok-kelompok lain, tanpa disadari kekuatan negara lain.
“Saya sampai saat ini belum diyakinkan untuk merubah kenyakinan bahwa terorisme dengan menggunakan nama Islam itu juga terjadi menunggangan baik Al Qaedah sampai ISIS,” kata Din, dalam konferensi pers bertajuk “Meluruskan Kiblat Bangsa,” di kantor MUI Pusat, Jakarta, Rabu (20/1). Baca: MUI: Israel Otak Intelektual ISIS
Karena lanjut Din, banyak informasi bahwa ISIS itu terkait agen intelegen negara tertentu, juga tidak luput dari dukungan negara-negara tertentu. Artinya, tegas Din, terjadi penghimpitan oleh kekuatan global dalam sebuah rekayasa global bertujuan untuk menyepelekan Islam dan dunia Islam. “Justru ini yang kita tolak,” tegas Din.
Maka, lanjut dia, ketika menangani terorisme jangan serta merta itu ISIS. Tanpa kemudian mendalami ISIS itu siapa? Siapa yang mungkin bermain? Ancaman ini tidak hanya pada Islam tapi juga bagi bangsa dan negara.
Din pun menyarankan kepada Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pemerintah, mabes Polri, dan densus 88 untuk jangan melihat analisa kaca mata kuda. Seolah-olah ini ideologi radikal. Dari dulu seperti itu, tidak pernah menyelesaikan masalah. Siapa dibalik mereka dan siapa yang kemungkinan menumpang tidak terungkap?
”Saya tidak punya data di tangan, tapi kerangka analisa ini seyogyanya dipertimbangkan baru kita bisa menangulangi ancaman terorisme,” tukas Din.

