Rifki Ismal
Rifki Ismal

Kiat Menulis Karya Ilmiah Ekonomi Syariah

[sc name="adsensepostbottom"]

Mahasiswa tingkat akhir biasanya akan selalu dipusingkan dengan penulisan skripsi atau tugas akhir sebagai syarat kelulusan.

Rifki Ismal
Rifki Ismal

Ada yang masih bergulat seputar masalah yang akan diteliti, hingga mengenai struktur penulisannya. Apa saja kiat-kiat dalam menulis karya ilmiah ekonomi syariah?

Peneliti Bank Indonesia, Rifki Ismal mengemukakan langkah pertama adalah menemukan masalah yang harus diteliti. Masalah yang diangkat pun hendaknya tak sembarangan. Masalah yang diangkat harus masuk logika ekonomi dan tidak hanya mengedepankan kuantitatif (penggunaan alat saja). “Jangan mengambil topik yang terlalu luas. Filosofi penelitian akan signifikan jika mengambil topik yang spesifik dan analisanya mendalam,” ujar Rifki, dalam Workshop Metodologi dan Teknik Penulisan Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Keuangan Syariah di Forum Riset Keuangan Syariah 2014, Kamis (16/10).

Menurutnya, ada empat hal yang perlu diperhatikan saat membuat penelitian, yaitu harus tertarik dengan masalah yang diteliti, pembimbing punya keahlian di bidang atau topik yang diteliti, data dan informasi tersedia atau dapat diupayakan, dan dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. “Jadi pembimbingnya jangan yang ahli mengenai sukuk diminta untuk bimbing soal zakat atau wakaf. Atau, jangan bikin paper terlalu panjang atau ideal sehingga melebihi dari waktunya nanti keburu drop out,” tukas Rifki.

Dalam menulis pertanyaan penelitian hendaknya peneliti tidak memakai kata ‘apakah?’ karena pertanyaan itu hanya menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’. “Di pertanyaan penelitian pakailah kata ‘bagaimana?’ atau ‘mengapa?’ karena dua kata ini perlu analisa untuk menjawabnya,” kata Rifki.

Sementara, dalam menulis penelitian pun ada aturan pengambilan sumber literatur penelitian. Rifki mengungkapkan jurnal menjadi sumber utama literatur karena lebih berbobot dan karya ilmiah yang dimuat di jurnal telah melalui review dan penyaringan. Jurnal yang dirujuk pun hendaknya merupakan jurnal internasional dan ternama, seperti John Wiley and Sons, atau Thunderbird. Sejumlah jurnal internasional ternama juga dapat diakses melalui internet seperti dari Islamic Research and Training Institute Islamic Development Bank atau International Islamic University Malaysia.

Selain jurnal, buku juga menjadi salah satu sumber literatur utama setelah jurnal, seperti buku teks dari penerbit internasional. Sumber lainnya adalah laporan riset dari lembaga ternama, buku teks lokal dari penerbit ternama, dan jurnal lokal. “Jurnal diutamakan, buku boleh tapi tidak diutamakan, sementara kalau sumbernya artikel koran di media makruh mendekati haram,” tegas Rifki. Sebisa mungkin mahasiswa dianjurkan tidak mengambil sumber dari artikel di media, slide presentasi narasumber, wikipedia, atau blog pribadi seseorang.

Dalam memilih literatur pun sangat disarankan untuk mengambil literatur terkini (paling tidak lima tahun terakhir), ditulis oleh penulis ternama seperti pemenang nobel, ekonom terkemuka, begawan ekonomi, founding father ekon syariah, atau IDB Prize Winner, sering dirujuk oleh peneliti terkemuka, dan punya sumber dan penerbit yang jelas. “Jangan menggunakan data yang lama lebih dari dua tahun,” kata Rifki.

Namun, jika peneliti tidak menemukan rujukan terbaru mengenai masalah keuangan syariah yang akan ditelitinya, maka disarankan untuk mengambil rujukan mengenai lembaga keuangan konvensional, tapi dimodifikasi. Misalnya, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pricing, di bank konvensional dikenal dengan bunga, sementara untuk penelitian keuangan syariah bisa disesuaikan sebagai bagi hasil.

Dalam mengutip literatur dalam penulisan karya ilmiah pun ada aturannya. Sebaiknya yang dikutip dari suatu sumber literatur adalah sesuatu yang spesifik, unik dan khas, tidak semua orang tahu, dan merupakan hasil penelitian. “Penjelasan tentang suatu hal baru dilakukan apabila bukan atau belum merupakan pengetahuan umum dan hasil riset tidak diketahui publik,” kata Rifki.

Sementara, di bagian analisa selayaknya tidak mencantumkan lagi rujukan, karena bab analisa merupakan wilayah bebas bagi peneliti untuk menulis analisis penelitian. Pada bab kesimpulan penelitian juga jangan terlalu panjang juga, tapi isinya hanya berupa ringkasan dari isi kajian. Rifki menyarankan komposisi penulisan penelitian di latar belakang sebanyak lima persen, studi literatur 15 persen, analisa dan temuan penelitian 70 persen, dan kesimpulan 10 persen.