Pagelaran Legong Sampik Engtay di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Pagelaran Legong Sampik Engtay di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.

Kisah Cinta Sampik Engtay dalam Balutan Tari Legong

[sc name="adsensepostbottom"]

Masih dalam rangka memperingati Tahun Baru Imlek, Galeri Indonesia Kaya bersama Bengkel Tari AyuBulan mempersembahkan pertunjukan Legong Sampik Engtay, sebuah pertunjukan yang menceritakan tentang legenda dari negeri Tiongkok di Auditorium Galeri Indonesia Kaya pada hari minggu (22 Februari 2015) lalu.

Pagelaran Legong Sampik Engtay di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.
Pagelaran Legong Sampik Engtay di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta.

“Bengkel Tari AyuBulan selalu hadir dengan konsep yang unik dengan adanya perpaduan yang terlihat disetiap karyanya. Untuk itu, dalam rangka Tahun Baru Imlek ini, Bengkel Tari AyuBulan menghadirkan perpaduan antara tarian khas Indonesia yaitu Tari Legong, namun mengangkat kisah dari negeri Tiongkok. Hal tersebut menjadikan pertunjukan ini menjadi penampilan baru yang dikemas secara lebih menarik dan tidak membosankan,” tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Tari Legong dipenuhi dengan berbagai macam ornamen, dan merupakan bentuk tarian yang digunakan untuk menyampaikan cerita tertentu seperti legenda bahkan mitos. Kisah Sampik Engtay merupakan cerita rakyat negeri Tiongkok yang berkembang dan sangat populer di Bali sejak tahun 1920-an, dalam bentuk geguritan atau puisi.

Untuk pertama kalinya, legenda Sampik Engtay diadaptasi menjadi pertunjukan drama tari Legong. Pertunjukan yang bertajuk Legong Sampik Engtay ini bercerita mengenai tragedi dua insan yang saling mencintai. Engtay, seorang perempuan muda yang terpaksa harus menyamar sebagai laki-laki demi mencapai keinginannya untuk sekolah, jatuh cinta dengan teman seasramanya yaitu Sampik. Namun keinginan mereka untuk hidup bersama menemui kendala, karena Engtay sesungguhnya telah dijodohkan dengan saudagar kaya bernama Machun.

Menolak dijodohkan oleh orang tuanya, Sampik dan Engtay kemudian membuat janji untuk kawin lari, tetapi sayangnya Sampik salah mengerti petunjuk yang diberikan Engtay, sehingga ia gagal menemui kekasih hatinya.

Pada awal pertunjukan, disajikan video berdurasi 20 menit berisikan behind the scene dokumentasi perjalanan Legong Sampik Engtay yang sebelumnya telah dipentaskan di Reflection Community Arts Festival 2014 di Singapura, yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation.

Pementasan yang diadakan pada tanggal 8 November 2014 tersebut merupakan pementasan perdana Legong Sampik Engtay dan merupakan hasil kerja keras yang telah dipersiapkan selama 1 tahun. Kemudian selama 50 menit dihadirkan live performance Legong Sampik Engtay yang berhasil menggugah para pengunjung tidak hanya karena ceritanya yang memilu hati, tapi juga keindahan gerak tari para penari Bengkel Tari AyuBulan yang disempurnakan dengan iringan musik gamelan tradisional Bali.
“Legong Sampik Engtay ini merupakan hasil interpretasi geguritan klasik Sampik Engtay yang diceritakan kembali lewat gerak dan tarian. Semua aspek ceritanya, mulai dari gerakan tari sampai pada kostum, disesuaikan dengan kondisi Bali pada tempo dulu sehingga akar budaya Bali masih sangat kental dalam pementasan ini. Saya harap para pengunjung Galeri Indonesia Kaya dapat memahami cerita yang dibawakan dan merasa terhibur akan pertunjukan ini,” ujar Made Suartini, koreografer Legong Sampik Engtay.

Bengkel Tari AyuBulan adalah sebuah komunitas tari yang kegiatannya berfokus pada konservasi tari Bali, khususnya tari Legong. Didirikan oleh Dr. Ayu Bulantrisna Djelantik, kelompok yang berdiri pada tahun 1994 ini bersama dengan seluruh anggotanya saling belajar dan terus memadukan koreografi-koreografi asli Legong serta tarian Bali lainnya, untuk diperkenalkan kepada masyarakat lokal dan global.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, Bengkel Tari AyuBulan terus berusaha menampilkan karya tradisi yang berkolaborasi dengan berbagai disiplin seni lain sehingga memperluas jaringan kros-kultural yang menjadi kunci penting dalam perkembangan kebudayaan saat ini.

“Legong Sampik Engtay merupakan cita-cita dari dulu dan akhirnya terwujud dengan adanya kerja keras dan kerjasama dari seluruh pihak. Semoga tidak hanya sampai disini saja, tapi hal ini merupakan suatu awal keberangkatan bagaimana sebuah ide atau gagasan dapat direalisasikan. Semoga generasi muda Indonesia terinspirasi dengan adanya pementasan ini, terus bangga dan mempertahankan eksistensi kebudayaan Indonesia,” ujar Bulantrisna Djelantik, pendiri Bengkel Tari AyuBulan.