“Kuasai Kesehatan, Dunia pun di Genggaman!”: Coronavirus dan Perang Ekonomi (3) – Ichsanuddin Noorsy

Ini adalah video ketiga dari seri Coronavirus dan Perang Ekonomi bersama narasumber Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi, pengamat ekonomi politik.

Narasumber kita kali ini telah melihat potensi krisis ekonomi sejak 2015 ketika bicara di Komisi XI DPR RI. Sebagain percaya, sebagian cuek saja.

Lalu, dalam perjalanannya, dalam #PerangDagang China-AS, pendulum Indonesia terlihat terlalu ke Tiongkok.

Di lain pihak, Indonesia menurutnya, berani menempatkan nilia tukar pada kondisi volatile. Karena nilai tukar tergantung pada suku bunga dan inflasi, maka kapan saja bisa terpukul. Buktinya saat ini.

Dalam berbagai kesempatan narasumber kita kali ini sering bicara soal indikator #KrisisEkonomi. Penyebab, atau meminjam istilah Dr. Rizal Rami, bubble-bubble yang akan pecah saat krisis. Apa saja indikator itu? Dr. Ichsanuddin Noorsy, BSc, SH, MSi merincikan di bawah ini:

1. Kekurangan penerimaan perpajakan (tax short fall) 2019 Rp246 Triliun
2. Intervensi BI Rp 100 Triliun tidak membuat Rupiah menguat
3. Cadangan devisa menurun USD 1,3 Miliar
4. Vonis Bank Dunia, lack of credibility, lack of certainty, lack of compliance
5. Vonis Moodys: Kekurangan pendapatan APBN, ketergantungan siklus dan komoditas, buruknya penegakkan hukum
6. Vonis USA: naik kelas dari emerging market menjadi developed country
7. Vonis Uni Eropa: Sawit sebagai pelanggaran lingkungan hidup
8. Peringatan ADB: 115 juta rentan miskin akan kembali menjadi miskin
9. Crowding out effect: Surplus ekonomi Nasional dihisap keluar
10. Jatuhnya IHSG karena contagion effect kasus Jiwasraya (pemblokiran 325 rekening, yang klarifikasi hanya 72 rekening)
11. Jatuhnya harga minyak (perbedaan asumsi harga minyak pada APBN dan harga pasar)
12. Persaingan tidak sehat antara imbal hasil obligasi dengan BI Rate, Deposito.
13. Virus Corona

Nah, di krisis multidimensi saat ini, di mana kita juga mengalami krisis kesehatan, wajar jika timbul kegelisahan di masyarakat kapan semua ini akan berakhir.

Bagi narasumber kita, yang penting dari pandemi corona adalah, siapa yang yang akan menemukan vaksin, yang akan mendistribusikannya, menjualnya? Virus ini relasinya kuat dengan industri farmasi dunia. Ichsanuddin Noorsy pun memberikan kisi-kisi, sesungguhnya untuk menghegemoni dunia, hanya dibutuhkan lima hal ini untuk dikuasai, militer, keuangan, energi, pendidikan dan media, terakhir kesehatan. “Jika lima hal ini Anda pegang selesai, dunia akan Anda pegang habis-habisan”, kata Ichsanuddin Noorsy bersemangat.

Nyatanya, industry farmasi AS menguasai 10 produsen vaksin besar di dunia, yakni Glaxo SmithKline (1873, Wellington-New Zealand), Merck dan Co (1891,New Jersey-USA), Sanofi (1973, Paris-Perancis), Pfizer (1849, New York-USA), Novavak (1987, Maryland-USA), Emergent Bio Solutions (1998, Maryland-USA), CSL (1916, Melbourne- Australia), Inovio Pharmaceuticals (1979, Plymouth-USA), Bavarian Nordic (1994, Kvistgaard-Denmark), dan Mitsubishi Tanabe (1981, Tokyo-Jepang). https://youtu.be/nrvw6L6Oz6E

Sedangkan, kapan krisis ekonomi akan berakhir? Menurutnya, sepanjang keserakahan masih menjadi yang utama dalam sistem ekonomi kita, sulit. Termasuk, kalau kita ingin meniadakan korupsi, Maka prinsip ekonomi yang mengutamakan asimetri, keserakahan yaitu modal kecil untung besar, lalu time value of money, itu harus dihilangkan. Menariknya, tiga hal itu ada dalam #Kapitalisme.

Jadi, kapan semua ini akan berakhir? Saksikan terus videonya.